Minggu, 13 Januari 2013

Lirik Someday I'll Be Good Enough ( Ost Crazy Little Things Called Love )

Diposting oleh Justiv di 08.04 0 komentar


Mai roo waa naan kae nai tee chun dtong ton gup took sing.
Bit bung kwaam jing nai jai took took yaang.
Took krung tee rao pop gun took krung tee ter hun maa.
Tee chun cher-ee roo mai chun feun kae nai.

Reff:
Dai yin mai hua jai chun mun gum-lung bork ruk ruk ter yoo.
dtae chun mai art ja bert pia jai ork bai hai krai dai roo.
dai yin mai hua jai chun yung koi yoo dtrong nun.
ror hai ter bert doo lae wung piang kae ter roo suk wun neung.

Tung tee chun gor ruk tung tee chun gor roo seuk dtae suan leuk kaang nai yung mai glaa.

Took krung tee rao pop gun took krung tee ter hun maa.
Tee chun cher-ee roo mai chun feun kae nai.

(Back to Reff)

Dai yin mai hua jai chun mun gum-lung bork ruk ruk ter yoo
dtae chun mai art ja bert pia jai ork bai hai krai dai roo
dai yin mai hua jai chun yung koi yoo dtrong nun ror hai ter bert doo
lae wung piang ter ja roo waa kon kon nee ruk ter yoo
yung kor hai ter roo suk wun neung


TRANSLATE


I don’t know how much longer
that I have to put up with everything
I’ve been hiding all the truth inside my heart


Every time we meet
every time you turn to face me
though I look indifferent
do you know how much i have to force myself?
can you hear my heart calling you, loving you?
but I can’t open my heart for anyone to know


Can you hear it?
my heart keeps waiting there for you
waiting for you to open it
and hope you’ll realize
someday
though I love you
though I feel
but deep down inside, I don't dare to tell you


Can you hear it?
my heart keeps waiting there for you
waiting for you to open it
and hope you’ll realize
that this person loves you
please i hope you will know
Someday

source:corn-onion.blogspot.com

Scare Of Namja (4)

Diposting oleh Justiv di 07.35 0 komentar
Sung Mi POV
Aku tidak percaya, namja itu adalah mantan Ah Ra? Apa dia tidak salah bicara? Lalu untuk apa dia menemuiku dan susah payah membujukku? Tapi kenapa namja ini rasanya berbeda dari namja – namja lain? Rasanya seperti Min Woo berada di dekatku
POV end

            Sung Mi masih syok  sementara Kwang Min masih memamerkan senyum kemenangan. Dugaannya benar, Sung Mi akan terkejut mendengar itu. “Kau mantannya?”, tanya Sung Mi memastikan. “Apa aku harus mengatakannya seribu kali?”, tanya Kwang Min kesal. “Lalu apa maksudmu memperkenalkan diri sebagai mantan Min Ah Ra?”, Sung Mi mulai waspada.
“Bukankah sudah kubilang kita akan menjadi partner?”
“Partner? Maksudmu?”
“Kau menyukai No Min Woo, kan?”
Sung Mi tercekat, “Ba..apa maksudmu? Kenapa kau berkata begitu?”. Kwang Min tersenyum, “Kalau kubilang menebak?”.
“Menebak?”
Kwang Min tersenyum tipis, “Sebetulnya tidak juga, aku melihatmu memperhatikan Min Woo dan Ah Ra di kantin”.
Flashback on
 Kwang Min sedang menunggu pesanan makanannya saat melihat Ah Ra dan Min Woo masuk ke kantin bersama. Kwang Min mengepalkan tangannya, rasanya emosi sudah memenuhi hatinya. Namun ia tidak bisa berbuat apa – apa. Lagipula, mencari gara – gara di sekolah hanya karena masalah seperti itu bukanlah sifatnya. Setelah pesanannya siap, ia buru – buru pergi. Bisa – bisa selera makannya hilang begitu saja melihat Min Woo dan Ah Ra bermesraan di depan matanya.
Tiba – tiba matanya tertuju pada seorang gadis yang menyembunyikan dirinya di balik tembok. “Apa yeoja itu sedang main petak umpet?”, tanya Kwang Min dalam hati. Namun gerak – gerik yeoja itu tidak mencerminkan kalau ia sedang bermain petak umpet. Kwang Min memperhatikan tangan yeoja itu terkepal dan matanya terlihat memandang ke satu arah dengan pendangan sedih. Kwang Min melihat ke arah pandang yeoja itu.
“Apa dia..?”, belum sempat pertanyaan di pikiran Kwang Min terjawab, yeoja itu terlihat berjalan pergi. Namun, pandangan yeoja itu cukup memberi penjelasan. Sebelum pergi, Kwang Min menoleh pada apa yang sedang diperhatikan yeoja tadi. Min Woo dan Ah Ra.
Flashback off
“Jadi kau menyimpulkan itu begitu saja?”, tanya Sung Mi tak percaya. Kwang Min mengangkat alisnya. “Kau bilang aku menyukai Min Woo hanya karena kau melihatku memperhatikan mereka waktu itu?”, Sung Mi berusaha mengelak. Kwang Min jadi bingung. Sung Mi dengan cepat membereskan bekalnya, tanpa menghiraukan Kwang Min yang kebingungan ia berjalan pergi.
“Chankaman!”, tiba – tiba saja Kwang Min sudah berdiri di depannya, membuat Sung Mi terkejut. “Kenapa kau membuatku terkejut seperti itu?”, tanya Sung Mi kesal. Masalahnya ia bukan hanya terkejut, tapi juga rasa takutnya pada namja masih ada, maka dari itu ia sangat terkejut tadi. Tapi entah kenapa, Sung Mi ingin menutupi rasa takutnya.
“Kau menyukainya”, tegas Kwang Min. “Itu terlihat jelas”. Sung Mi ingin menyangkalnya, namun ia sudah kehabisan kata – kata, dan yang hanya bisa ia katakan, “Mwo?”. Kwang Min semakin yakin, ia mencondongkan badannya sedikit, membuat Sung Mi mencondongkan badannya ke belakang. “Apa aku salah?”, Kwang Min menatap Sung Mi tajam. Cukup ia bermain – main. Ia ingin misinya segera dijalankan, dan ‘partner’nya ini cepat mengerti. Mulut Sung Mi semakin terkunci, ia menahan nafasnya. Sung Mi mulai merasa takut, ia pun segera berlari menuruni tangga secepat mungkin. Kwang Min meliriknya sekilas, lalu menghela nafas.
Sung Mi kini harus ekstra hati – hati. Namun kali ini ada yang berbeda. Objek kewaspadaannya kini tertuju pada satu orang, Jo Kwang Min. Sejak kejadian kemarin, Sung Mi merasa harus terus waspada pada namja yang satu itu. “Hei”, Sung Mi melonjak kaget bahunya ditepuk seseorang. Ia segera berbalik dan berjalan mundur dengan pelan sambil menutup mata. “Kau kenapa Sung Mi?”, Sung Mi berhenti mundur dan perlahan membuka matanya. Ketakutannya langsung luntur begitu saja melihat Min Woo yang ternyata menyapanya. “Mmm, aniyo. Aku hanya seperti biasa, terkejut”, ujar Sung Mi berbohong. Ia tidak ingin Min Woo tahu kalau ia sedang mewaspadai diri.
“Kau masih suka terkejut?”
“Begitulah”
“Lain kali jangan berjalan mundur seperti itu, berbahaya. Arrachi?”
Sung Mi menahan perasaan bahagianya, setidaknya Min Woo masih perhatian padanya. “Ne, arraseo”, ujar Sung Mi tersenyum. Min Woo juga memperlihatkan senyumnya, “Geurae, aku ke kelas dulu”. Sung Mi memandang punggung Min Woo yang mulai menjauh. Ia lalu segera berbalik menuju kelasnya agar ia bisa tersenyum sepuasnya.

Kwang Min sedang membaca ulang apa yang dipelajarinya semalam. Hari ini ada ulangan bahasa inggris, maka dari itu ia harus belajar agar mendapat nilai yang bagus.
“Apa kau punya rautan?”, Kwang Min melirik pemilik suara yang mencari – cari pinjaman rautan itu. Ah Ra sibuk mondar – mandir mencari pinjaman rautan namun sepertinya tidak berhasil. “Kenapa ia sendiri tidak membawa rautan?”, keluh Kwang Min dalam hati. Kwang Min segera menaruh bukunya saat Ah Ra melewati mejanya. “Ini, pakailah”. Ah Ra berbalik dan sedikit terkejut melihat Kwang Min menawarkan rautan miliknya pada dirinya. “Mmm, ne, gomawo”, Ah Ra berkata dengan kaku. Kwang Min menghela nafas, sekarang ia jengkel dengan perlakuan Ah Ra yang canggung padanya. “Kenapa kau tidak bertanya padaku apa aku membawa rautan atau tidak?”, tanya Kwang Min kesal.
“Mwo?”
“Apa kau takut padaku sekarang?”
“Apa maksudmu?”
Kini Kwang Min dan Ah Ra sudah menjadi pusat perhatian teman – teman kelasnya.  “Sudahlah, lupakan”, Kwang Min tak tahan dan langsung keluar dari kelasnya. Ah Ra hanya melihatnya dengan sedih.

Sung Mi sudah berdiri cukup lama di depan gerbang, namun jemputannya tak juga terlihat. Walaupun begitu, perasaan Sung Mi semakin baik saja. Ia bahkan tak berhenti tersenyum saat membayangkan Min Woo yang menyapanya. Tiba – tiba handphonenya berdering, ia pun segera mengangkatnya. “Eonni, kau kemana saja? Aku sudah lama menunggu”, gerutu Sung Mi saat mendengar suara supirnya diseberang telepon.
 “Mianhe nona, sepertinya saya akan terlambat menjemput anda. Ban mobilnya bocor, jadi saya harus ke bengkel”.
“Mwo? Berapa lama kira – kira?”
“Mungkin sekitar 15 menit lagi nona”
“Baiklah, aku akan menunggu. Tapi sebaiknya eonni bisa datang kurang dari 15 menit”, harap Sung Mi. Walaupun ia bisa segera pulang, tapi ia tidak akan melakukannya. Terlalu banyak namja yang belum pernah dilihatnya di luar lingkungan sekolahnya. Ia takut nanti akan bereaksi berlebihan jika bertemu satu namja saja. “Akan saya usahakan, nona”, telepon ditutup.
5 menit berlalu, sekolah sudah hampir sepi dan Sung Mi mulai bosan. Ia memutuskan untuk berjalan sebentar dan kembali lagi ke sekolah. Ia berjalan sambil melihat ke kanan dan ke kiri dan selebihnya hanya menunduk. Ia nampaknya sudah cukup jauh berjalan. Dilihatnya sebuah tanjakan dihadapannya, beberapa rumah terlihat berjejer memenuhi sisi jalanan itu. Sung Mi berniat kembali ke sekolah. Tiba – tiba ujung belakang sepatunya terasa ‘dikenai’ sesuatu. Sung Mi berbalik dan mendapati sebuah bola di belakangnya. Ia pun mengambil bola itu.
“Noona”, terdengar beberapa suara. Sung Mi terkejut melihat banyak anak laki – laki berlari menghampirinya. Sung Mi berjalan mundur ketakutan. Anak – anak itu berhenti beberapa jarak dari Sung Mi. Beberapa anak menatapnya heran, namun salah satu anak berkata padanya. “Noona, bolehkah aku meminta bola kami?”, pintanya sopan. Sung Mi tanpa sadar menjatuhkan bola yang di pegangnya. Namun caranya menjatuhkan bola itu lebih terlihat seperti melemparnya. Salah satu anak berkata sinis, “Dasar noona yang aneh! Kami kan memintanya dengan baik”. Ucapan anak itu dengan cepat mempengaruhi anak – anak lainnya yang mulai menatapnya sebal.
Tiba – tiba ia teringat kembali saat ia dimarahi banyak anak laki – laki ketika ia masih kecil. Anak – anak yang ada dihadapannya terlihat seperti anak – anak yang memarahinya waktu itu. Ia langsung terduduk dan menutupi matanya dengan kedua tangan menutupi kepalanya. “Aku tidak tahu! Aku tidak tahu!”, Sung Mi bergumam tak jelas. Anak – anak yang masih berdiri di depannya menatapnya aneh. “Kenapa noona ini? Apa dia gila?”, anak – anak itu mulai berbisik – bisik.
“Hey! Apa yang kalian lakukan?”, anak – anak itu menolah. Sung Mi pun membuka matanya dan melihat seseorang yang datang. Ia melihat seorang namja di balik matanya yang basah itu. “Min Woo”, gumam Sung Mi tersenyum. Sung Mi melihat anak – anak tadi sudah pergi. Sung Mi dengan cepat menghapus air matanya. Dilihatnya Kwang Min sudah berdiri di depannya.
“N..neo!”, seru Sung Mi terkejut melihat Kwang Min yang ada di hadapanya, bukan Min Woo. “Kau ini babo atau apa?!”, Kwang Min membentak Sung Mi yang langsung tersentak. “Kenapa kau bersikap aneh seperti itu pada anak – anak tadi? Apa kau takut pada anak – anak?”, tanya Kwang Min kesal. Bukannya menjawab, Sung Mi mulai terlihat panik.
 “Dimana Min Woo?”, tanya Sung Mi, matanya terlihat berkaca-kaca. “Min Woo?”, Kwang Min memandang bingung Sung Mi yang mulai terlihat gelisah. Sung Mi menutup matanya lagi dan mulai menangis. “Min Woo”, Sung Mi terus menyebut nama Min Woo di sela isaknya. Kwang Min merasa tak enak dan ikut duduk. “Hey, kenapa kau menangis? Berhentilah menangis”, pinta Kwang Min. Namun usahanya tidak berhasil. “Kau bilang kau tidak menyukai Min Woo, tapi sekarang terlihat jelas kalau kau sangat menyukainya”, gumam Kwang Min. “Apa aku harus menelepon Ah Ra dan menyuruh Min Woo untuk datang kemari?”, usul Kwang Min, entah kenapa ide itu tiba – tiba ada dipikirannya. Kwang Min tetap tak mendapat respon. Namun beberapa detik kemudian,
“Andwae!”, Sung Mi tiba – tiba membuka matanya dan menatap Kwang Min.  Kwang Min memengang dadanya, rasanya ia hampir jantungan saking terkejutnya.
Kwang Min dan Sung Mi sudah kembali ke depan gerbang sekolah. “Kau takut pada namja?”, tanya Kwang Min tak percaya. Baru kali ini ia mendengar dan melihat seorang yeoja yang takut pada namja. Lalu Min Woo itu apa? Bukankah ia tidak takut pada Min Woo?
“Kau pasti berpikir kalau aku ini aneh”, tebak Sung Mi
“Sangat”
Sung Mi melirik Kwang Min, “Jujur sekali namja ini”, batinnya merasa sebal. “Tapi aku masih tidak mengerti, kalau kau takut pada namja mengapa kau tidak takut pada Min Woo?”, tanya Kwang Min akhirnya. “Min Woo memang seorang namja, tapi dia berbeda. Kau tidak berpikir yang macam – macam tentang Min Woo kan?”, Sung Mi menatap Kwang Min tajam.  Tebakan Sung Mi yang tepat sasaran membuat Kwang Min menjawab dengan gelagapan. “A..ani, aku tidak berpikir yang macam – macam”.
Sebuah mobil tiba – tiba melintas dan berhenti di depan mereka. Seorang wanita muda terlihat duduk di balik kemudi. “Jemputanku sudah datang”, ujar Sung Mi sambil berdiri. “Bahkan supirnya saja seorang wanita”, gumam Kwang Min dalam hati. “Gomawo”, ujar Sung Mi pada Kwang Min ketika baru membuka pintu mobil. Kwang Min sedikit terkejut mendengarnya. “Karena kurasa kau sudah menyelamatkanku tadi”, tambah Sung Mi lalu masuk mobil. Kwang Min tersenyum mendengarnya. Mobil pun mulai melaju perlahan meninggalkan gerbang sekolah. Kwang Min juga berjalan pulang. “Jo Kwang Min!”, Kwang Min berbalik mendengar namanya dipanggil. Kepala Sung Mi terlihat menyembul keluar dari kaca mobil. “Aku akan menjadi partnermu!”, lalu mobil pun melaju kembali. Kwang Min masih mencerna ucapan Sung Mi. Partner? Apa itu berarti? Kwang Min bersorak senang dan berlari pulang untuk memikirkan kegiatan barunya.
“Jadi, apa yang bisa kubantu?”, tanya Sung Mi pada Kwang Min. Mereka berada di atap gedung sekolah, sepertinya tempat ini akan menjadi markas baru untuk mereka. “Pertama – tama, bisakah kita tidak berbicara seperti ini? Ini membuatku tidak nyaman”, keluh Kwang Min menoleh ke arah Sung Mi yang berdiri sejauh sekitar 5 meter darinya. “Mianhe, walaupun aku ingin membantumu, aku tidak bisa dekat dengan namja selain Min Woo. Aku tidak mau histeris lagi”, ujar Sung Mi jujur.
“Tapi ini akan sulit jika kau masih takut denganku”
“Aku jamin aku akan membantumu sebisaku”
“Tetap saja, kalau kau masih takut pada namja, rencana ini tidak akan berhasil”
“Maksudmu?”, Sung Mi menatap Kwang Min tak mengerti
“Memangnya rencana apa?”
“Kita akan membuat mereka menyesal”
“Mereka? Siapa maksudmu?”
“Min Ah Ra dan No Min Woo”
“Mi...Min Woo. Apa yang salah dengannya?”
               Kwang Min menatap Sung Mi kesal, “Dia sudah merebut Ah Ra dariku. Bukankah kau juga menyukainya? Ini akan menjadi simbiosis komensalisme”
               “Mutualisme, berapa nilaimu dalam IPA?”, ledek Sung Mi. Kwang Min mendengus kesal. “Ya, apapun itu. Jadi pada intinya kau harus menghilangkan rasa takutmu”, jelas Kwang Min. Sung Mi menghela nafas dan memandang jalanan di bawahnya dengan bimbang. “Tapi bagaimana caranya? Aku hanya bisa tenang saat berdekatan dengan Min ..”, kata – katanya tercekat di tenggorokan saat ia melihat Kwang Min sudah berada 30 cm di sisinya. Pandangan Sung Mi tak lepas dari pandangan Kwang Min. Namun bukannya histeris seperti yang dikatakannya, jantung Sung Mi justru berdegup kencang.
               “Lihat, kau tidak takut padaku”, Kwang Min tersenyum, membuat jantung Sung Mi tak karuan. Sung Mi buru – buru mengalihkan pandangannya. “Mungkin karena kau menolongku kemarin, jadi sedikitnya aku mulai bisa bersikap biasa di depanmu”, elak Sung Mi berusaha menenangkan jantungnya yang belum kembali normal. “Gwenchana, itu kuanggap sebagai permulaan yang bagus. Selanjutnya aku akan membuatmu secara perlahan tidak takut pada namja lagi”, ujar Kwang Min lalu mengalihkan pandangannya ke langit. Sung Mi ikut memandang ke langit. Entah apa yang mereka pikirkan. Namun yang jelas, apa yang dirasakan Sung Mi juga dirasakan oleh Kwang Min. Jantungnya berdegup kencang namun hanya dia yang tahu.
                        Sung Mi POV
“Ahjuma, tolong siapkan air panas, aku ingin mandi”, teriaku pada ahjuma dari kamarku di lantai atas. “Baik nona”. Aku merebahkan diriku di atas kasur. Kenapa tadi jantungku berdegup begitu cepat? Terakhir aku ingat, jantungku berdegup kencang saat bertemu dengan Min Woo pertama kali. Apa ini karena kesamaan mereka menyelamatkanku? Dan ini sebabnya aku mulai bisa menerima Kwang Min dan tidak takut padanya. Aku masih tidak mengerti kenapa Kwang Min ingin aku tidak takut lagi pada namja. Tapi rasanya senang mendengarnya mau membantuku. Semoga saja rencana ini berhasil.
POV end

Seocho 137, Seoul (3f) – pass: 2141995
 “Apa ini?”, tanya Sung Mi bingung dengan selembar kertas di tangannya. “Itu alamat dan password apartmentku”, jelas Kwang Min. “Mwo?”, Sung Mi melihat Kwang Min dengan heran. “Untuk apa kau memberikan ini padaku?”
“Sekedar informasi dan ini juga untuk kepercayaan dasar”
“Kepercayaan dasar?”
“Ne, mungkin suatu saat itu akan dibutuhkan”
“Apa aku juga perlu memberi alamatku padamu?”
“Kurasa iya, untuk jaga – jaga”
Sung Mi Nampak berpikir, lalu menyobek setengah lembar kertas yang diberikan Kwang Min padanya. “Pulpen?”, Kwang Min memberikan sebuah bolpoin pada Sung Mi.
“Ini”, Kwang Min mengambil kertas itu dan membacanya sekilas. “Oh iya, nomor ponselmu, tulis disini”, ujar Kwang Min menunjuk kertas tadi. Sung Mi menurut dan menuliskan nomornya. Beberapa detik kemudian..
Kring..kring..
Sung Mi melihat layar ponselnya. “Itu nomorku”, ujar Kwang Min. Sung Mi mengerti dan segera menyimpan nomor Kwang Min. “Sekarang kita akan mulai rencana pertama”, ujar Kwang Min semangat.
“Rencana pertama?”
“Menghilangkan rasa anti namjamu”
“Mianhe, aku tidak bisa kesana”, suara Ah Ra terdengar menyesal dari seberang telepon. “Wae?”, tanya Min Woo heran. Ia harus berbicara sedikit lebih keras karena kerumunan orang yang berada tepat di depannya. “Aku lupa kalau hari ini aku ada les bahasa inggris dan aku tidak mungkin bolos karena minggu lalu aku tidak ikut les”, terang Ah Ra. “Padahal aku ingin sekali pergi kesana”, suara Ah Ra terdengar kecewa. Min Woo berpikir sejenak. “Bagaimana kalau aku rekamkan untukmu?”, tawar Min Woo. “Ani, tidak perlu. Lagipula rasanya berbeda menonton langsung dengan menonton dari video. Gomawo sudah menawarkan”, tolak Ah Ra halus. “Geuraeyo?”. Min Woo nampak berpikir lagi, “Benar juga, lagipula kualitas video ponsel itu lebih jelek dari kualitas mata”. Ah Ra terdengar tertawa kecil, Min Woo tersenyum mendengarnya. “Keureom, aku tutup teleponnya”.
Min Woo menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku dan bergegas memasuki kerumunan di depannya. Namun langkahnya terhenti melihat seseorang yang dikenalnya berdiri tak jauh dari sana.
“Sung Mi?”

Scare Of Namja (3)

Diposting oleh Justiv di 07.13 0 komentar

Kwang Min POV
Kenapa dia meninggalkanku seperti itu.  Apa kurangnya aku, sehingga dia lebih memilih namja yang baru dikenalnya daripada aku yang sudah hampir 3 tahun mengenalnya. Wanita memang sulit dimengerti.
POV end
Kwang Min mengusap wajahnya, lalu menghela nafas. Kenyataan bahwa ia diputuskan oleh yeoja yang dicintainya belum bisa ia terima. Kwang Min memandang foto seorang yeoja yang dicintainya  itu miris. Ah Ra, sudah 2 tahun lebih ia dan Ah Ra menjalin hubungan khusus, manjadi sepasang kekasih. Tapi akhir – akhir ini, hubungan mereka tidak berjalan dengan baik. Ah Ra banyak meminta akhir – akhir ini. Kwang Min yang sibuk latihan tidak bisa selalu memenuhi keinginan Ah Ra. Pulang bersama, makan siang bersama, nonton bioskop bersama, semua itu terlihat biasa – biasa saja di mata Kwang Min. Tapi kenapa Ah Ra selalu menuntutnya melakukan hal – hal yang menurutnya biasa itu. Bahkan terkadang dengan rengekan yang berlebihan.
 Dua hari yang lalu, Ah Ra meminta sesuatu yang tidak biasa dan tidak diduga oleh Kwang Min. “Kenapa?”, tanya Kwang Min saat Ah Ra memilih memutuskan hubungannya dengan Kwang Min. “Aku menyukai namja lain”, ujar Ah Ra tanpa menatap Kwang Min. “Siapa namja itu?”, tanya Kwang Min. Saat itu hatinya seperti di potong oleh sebuah kapak besar, sakit dan membuat hatinya patah sekaligus. “Min Woo, No Min Woo, dia satu kelas dance ku”, terang Ah Ra. Kwang Min hanya diam, membiarkan Ah Ra pergi begitu saja setelahnya. Membiarkan cintanya selama dua tahun lebih ini pergi meninggalkannya.
Kwang Min merobek foto yang ia pegang. Foto saat ia dan Ah Ra masih memiliki perasaan yang sama. Kini foto itu terbelah dua, robekan foto itu memisahkan Kwang Min dan Ah Ra, persis seperti kenyataan.
“Semua yeoja sama saja!”
“Semua namja sama saja!”
Kwang Min terdiam sejenak. Menyadari ada suara lain yang terdengar bersamaan dengan suaranya barusan. Perlahan, Kwang Min menoleh dan tatapannya berhenti tepat pada sebuah mata seorang yeoja yang sama – sama memandang dengan bingung.  Belum sempat Kwang Min tersadar, “Waaaaa!”, yeoja itu tiba – tiba berteriak. Lalu berlari terbirit – birit seperti melihat sesuatu yang menyeramkan. Kwang Min memandang yeoja itu dengan heran. Yeoja yang aneh!.

Sung Mi berjalan ke kelasnya dengan langkah malas. Biasanya ia akan pergi ke sekolah bersama dengan Min Woo, tapi kali ini semua sudah berubah. Ia belum bisa menerima kalau Min Woo menyukai wanita lain dan rasanya ingin terus menghindar dari Min Woo. Bahkan sepertinya itu juga didukung dengan perubahan sikap Min Woo padanya. “Aku harus menjemput Ah Ra pagi ini, mianhe”, ia ingat kata – kata Min Woo yang dikatakan padanya pagi ini saat ia dan Min Woo berpapasan di jalan. Rasanya ia ingin menangis, kenapa semua ini harus terjadi padanya?
“Aww!”, Sung Mi berhenti berjalan. Ia mengelus kepalanya yang terbentur sesuatu. Ia mengangkat kepalanya. Ia melihat benda di depannya dengan heran. Buku? Tiba – tiba buku itu ‘turun’ dan memperlihatkan wajah seorang namja yang memandangnya heran. Seakan baru tersadar kalau di depannya adalah namja, Sung Mi mengeluarkan reaksi seperti biasanya. “Waaa!”, teriak Sung Mi membuat namja itu terkejut. Tanpa memperdulikan reaksi namja yang terkejut itu, Sung Mi langsung mengambil langkah seribu dan meinggalkan namja yang memandangnya dengan penuh keheranan.
Sung Mi merebahkan kepalanya di atas meja sambil mengatur nafasnya yang hampir habis karena berlarian barusan. “Sung Mi”, tiba – tiba seseorang memegang lengan Sung Mi membuat yeoja itu terkejut hingga ia mengangkat kepalanya. “Kau kenapa?”, tanya Min Woo melihat Sung Mi yang sibuk mengatur nafasnya. Sung Mi masih menatap Min Woo, “Apa kau diganggu namja – namja lagi?”, tanya Min Woo, terdengar nada cemas dari nada bicaranya. Sung Mi yang menyadari itu tersenyum, “Ani, aku tidak diganggu namja lagi. Aku hanya berolahraga sedikit tadi”, ujar Sung Mi berbohong. “Begitukah? Oh iya, hampir saja aku lupa. Ini, aku menemukannya di jalan”, Min Woo memberikan sebuah bolpoin pada Sung Mi. “Bukankah ini punyaku?”, tanya Sung Mi heran melihat bolpoinnya sendiri. “Ne, tadi aku menemukan ini di dekat kelasmu. Kukira kau menjatuhkan barang lagi”, ujar Min Woo geli. “Mwo?”, Sung Mi memandang Min Woo sebal.
“Min Woo-ya”, tiba – tiba suara seorang yeoja menghentikan percakapan antara Sung Mi dan Min Woo. Sung Mi dan Min Woo menoleh pada seorang yeoja yang berdiri di dekat pintu. “Oh, Ah Ra-ya!”, Min Woo terlihat senang. Sung Mi melihat ekspresi Min Woo dan memandang Ah Ra sebal. “Jadi itu yeoja yang bernama Ah Ra”, batin Sung Mi.  “Mianhe Sung Mi, aku harus pergi”, Min Woo melambaikan tangannya sekilas lalu menghampiri yeojachingunya itu dan menghilang tanpa menoleh pada Sung Mi. Sung Mi menunduk sedih.
Sung Mi sedang berjalan menuju kantin, kali ini ia harus lebih waspada. Tidak ada Min Woo disisinya sekarang, ia harus menjaga dirinya sendiri dari para namja. Langkahnya terhenti di belokan menuju kantin. Pandangannya kini terarah pada Min Woo dan Ah Ra yang berjalan menuju kantin. Sung Mi bersembunyi, menghindari dirinya terlihat oleh mereka berdua. Sung Mi mengepalkan tangannya, sedih dan marah kini bercampur aduk. Ia mengurungkan niatnya menuju kantin dan kembali ke kelas. Ia tak menyadari kalau seseorang memperhatikannya.

Keesokan harinya ...
“Nona, untuk apa nona membawa bekal?”, tanya ahjuma, pelayan setia keluarga Sung Mi. “Apa ada yang salah dengan itu?”, tanya Sung Mi balik. “Tidak, hanya saja nona sebelumnya tidak pernah membawa bekal ke sekolah”, ahjuma memasukkan kotak bekal ke dalam kantung kertas. “Apa di sekolah nona ada kasus keracunan makanan?”, tanya ahjuma lagi. Sung Mi tersenyum geli, “Kenapa ahjuma berpikir seperti itu?”. Ahjuma menghidangkan segelas susu putih di depan Sung Mi. “Saya pikir, mungkin karena itu jadi nona takut keracunan juga”. Sung Mi menaruh gelas susu yang isinya tinggal seperempat gelas. “Kurasa ahjuma benar”, Sung Mi berdiri dan berjalan menuju pintu. “Kurasa aku takut keracunan, tapi bukan makanan. Hatiku, aku takut hatiku terkena racun”

Sung Mi membawa bekal makanannya ke atap gedung sekolah. Alasan sebenarnya Sung Mi membewa bekal ke sekolah adalah karena kejadian kemarin. Saat ia melihat Min Woo dan Ah Ra pergi ke kantin bersama. Jika ia makan siang di kantin, mungkin ia akan terus melihat mereka bersama. Sung Mi tidak mau itu terjadi, lebih baik tidak melihat Min Woo daripada melihat Min Woo bersama dengan yeoja lain. Setidaknya ini juga membantunya menghindari dirinya dari para namja.
“Kenapa makan sendirian terasa begitu menyedihkan?”, Sung Mi memandang kotak bekalnya yang penuh makanan dengan tak berselera. Ia tidak mengira kalau makan siang sendirian seperti ini membuatnya merasa kesepian. Biasanya ia makan siang bersama Min Woo di kantin. Kini ia makan sendirian dan bukan di kantin, tetapi di atap sekolah. Tidak ada orang yang mau memakan bekal makan siangnya di atap sekolah yang sepi seperti ini selain dirinya.
“Apa aku boleh ikut bergabung?”
Sung Mi terkejut sekaligus takut melihat seorang namja berdiri di hadapannya. Sung Mi menutup matanya dan melindungi kepalanya dengan kedua tangannya. Namja itu memandangnya heran. “Kau kenapa?”. 
“Jangan mendekat! Jangan menggangguku!”
“Mwo?”
“Pergilah! Kumohon”, suara Sung Mi mulai terdengar ketakutan
Namja itu berjongkok dan menatap Sung Mi dengan heran
“Kenapa kau gemetaran?”
Sung Mi memberanikan diri membuka seluruh ‘perlindungannya’. Ia sangat terkejut dan langsung bergerak mundur dengan cepat ketika melihat namja itu sudah berjongkok di depannya. “Siapa kau? Kau mau apa? Kumohon jangan ganggu aku, mianhe jika aku mengganggumu”, Sung Mi berbicara dengan ketakutan. Namja itu nampak bertambah bingung sekaligus ingin tertawa, geli melihat yeoja di depannya ini ketakutan seperti melihat hantu. “Tenang saja, aku tidak akan mengganggumu dan kau juga tidak menggangguku. Aku Jo Kwang Min, panggil saja aku Kwang Min. Tapi sepertinya aku akan mengganggumu sebentar”, ujar Kwang Min tersenyum tipis. Sung Mi memandangi Kwang Min waspada.
Kwang Min POV
“Siapa kau? Kau mau apa? Kumohon jangan ganggu aku, mianhe jika aku mengganggumu”, yeoja itu terlihat ketakutan. Rasanya aku ingin tertawa sekeras – kerasnya. Ada apa dengan yeoja ini? Yeoja yang aneh. Tapi aku tidak peduli seaneh apapun dia, “Tenang saja, aku tidak akan mengganggumu dan kau juga tidak menggangguku. Aku Jo Kwang Min, panggil saja aku Kwang Min. Tapi sepertinya aku akan mengganggumu sebentar”, aku tesenyum tipis, kurasa aku akan membuatnya terganggu sedikit.
POV end
Sung Mi memakan bekalnya dengan hati – hati, namun Kwang Min memakan bekalnya dengan kesal. “Shin Sung Mi”, Sung Mi menghentikan makan siangnya. “Bukankah kau tadi bilang namamu Shin Sung Mi?”, tanya Kwang Min basa – basi. Sung Mi mengangguk pelan. “Bolehkah aku memanggilmu Sung Mi saja?”, tanya Kwang Min lagi. “Ne”, Sung Mi mengangguk mengiyakan. Kwang Min menghela nafas, “Sung Mi, apakah kita harus seperti ini?”, tanya Kwang Min mulai kesal. Kwang Min dan Sung Mi sedari tadi duduk saling membelakangi dan terhalang oleh penyangga pintu masuk atap.
“Kurasa ini yang terbaik”, jawab Sung Mi santai. Ia merasa aman selama ia tidak melihat Kwang Min secara langsung. Kwang Min tidak tahan dan menghampiri Sung Mi. Sung Mi berteriak ketakutan saat melihat Kwang Min. Kwang Min buru – buru jongkok dan memohon sambil menutup matanya dan merapatkan kedua tangannya. “Kumohon padamu, bisakah kau tidak berteriak satu kali saja?”, pinta Kwang Min, ia sudah lelah mendengar jeritan histeris Sung Mi. Sung Mi membuka matanya dan melihat Kwang Min yang memohon padanya. Sung Mi ragu, namun terus saja memandang Kwang Min yang masih bertahan dengan posisinya.   
Kwang Min yang tak mendengar suara Sung Mi membuka matanya. Lalu menurunkan kedua tangannya ketika melihat Sung Mi terus menatapnya. “Baiklah”, Kwang Min tersenyum. “Kurasa ini awal yang bagus”. “Awal yang bagus?”, Sung Mi tak mengerti. “Bisakah kita menjadi partner?”, Kwang Min mengulurkan tangan kanannya. “Partner?”, Sung Mi bertambah bingung. “Setidaknya terimalah dulu uluran tanganku dan kita memperkenalkan diri ulang”, ujar Kwang Min. Sung Mi berpikir apa namja ini bodoh? Bukankah mereka sudah mengetahui nama masing – masing?
“Jo Kwang Min, namamu Jo Kwang Min bukan? Kita sudah berkenalan tadi, jadi ini untuk apa lagi?”, tanya Sung Mi mulai pusing. Kwang Min menghela nafas, “Sekedar formalitas saja, ayolah”, Kwang Min masih mengulurkan tangan kanannya. Sung Mi ragu – ragu menjabat tangan Kwang Min. Kwang Min yang tak sabar langsung menggenggam tangan Sung Mi, membuat yeoja itu terkejut, tapi tidak berteriak seperti tadi. “Nah, begini  lebih baik”, ujar Kwang Min. “Ehm”, Kwang Min berdehem. Sung Mi memandangnya aneh, ‘untuk apa dia berdehem seperti itu?’. “Perkenalkan, aku Jo Kwang Min. Mantan dari Ah Ra, Min Ah Ra”. Sung Mi terkejut, ia segera melepaskan tangannya.
“Ka..kau bilang kau siapa?”
“Aku mantan namjachingu dari Min Ah Ra”

Blog's statistik



Mw Guest Book yg Seperti ini..??
Klik di Membuat Show Hide floating Guest Book
/
 

JUST BLOG =) Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea