Senin, 16 April 2012

Loves Hide (end)

Diposting oleh Justiv di 11.51 0 komentar

Sungmi sedang menyapu kelas ketika tiba – tiba Yunha datang dengan tergesa – gesa. “Sungmi ayo kita keluar!”, ajak Yunha sambil menarik lengan Sungmi. “Kemana?”, tanya Sungmi heran. “Ke depan kelas Kwangmin!”, jawab Yunha. Dengan cepat Sungmi melepas paksa lengannya dari genggaman Yunha. “Yunha! Kau kan jelas – jelas sudah tahu kalau aku berusaha menghindari Kwangmin. Kenapa kau malah mengajakku ke depan kelasnya sekarang?”, tanya Sungmi tak percaya. “Tapi situasinya berbeda. Ini sesuatu yang sangat penting. Ayolah kau harus ikut aku”, paksa Yunha. Yunha langsung menarik lengan Sungmi dan menggenggamnya erat, terpaksa Sungmi pasrah dibawa Yunha walaupun hatinya merasa khawatir dan jantungnya berdegup sangat cepat.

“Sudah sampai”, ujar Yunha lalu melirik Sungmi yang terpaksa ia ‘seret’ kesini. “Sungmi ah!”, pekik Yunha kesal melihat mata Sungmiyang tertutup rapat. “Kenapa kau menutup matamu? Cepat buka”, perintah Yunha tidak sabar. “Tapi aku takut”,tolak Sungmi. “Takut pada apa? memangnya aku mengajakmu melihat hantu? Cepat buka matamu”, ujar Yunha mulai kesal. Sungmi perlahan membuka matanya. Ia langsung menarik tangannya yang digenggam Yunha dan menempelkannya di depan mulutnya. Ia tidak percaya pada apa yang ada di depannya. Depan kelas kwangmin kini sudah dihias layaknya panggung. Yang lebih membuatnya terkejut, Kwangmin duduk di kursi yang disediakan sambil memegang gitar biru tosca yang diberikannya!. Sungmi melihat sekitarnya sudah banyak orang yang menonton mereka. Kwangmin meraih mic di depannya, “Sungmi noona”. Sungmi menoleh pada Kwangmin, jantungnya berdegup terlalu cepat. Kwangmin mulai memetik gitarnya membuat intro lagu ‘boyfriend’.

Would you be my girlfriend?

Sungmi memekik terkejut, Sungmi yakin kalau ia sedang bermimpi sekarang. “Aww!”, pekik Yunha kesakitan. “Kenapa kau mencubitku?”, tanya Yunha kesal. “Jadi ini bukan mimpi?”, gumam Sungmi tak percaya. “Tentu saja ini bukan mimpi”, ujar Yunha sambil bergabung dengan penonton lain dan membiarkan Sungmi yang masih terpaku.  

Di belakang Kwangmin, Hyunsung,Jeongmin,Minwoo, dan Youngmin bernyanyi mengikuti alunan gitar Kwangmin sambil menari.

nan neoui Boy Friend
nan neoui Boy Friend
neon naui Girl Friend
neon naui Girl Friend

geu eotteon mueotbodado
nunbusin neoreul gatgodo
maeil nan bappa bappa
ni mameun apa apa
nae sarang byeonhaji anha
neo malgo boiji anha
ireon nae mameul wae jakku mollajuneunde

gakkeumeun neomu pigonhae
neol dwiro hal ttaedo
neon nae yeope isseo jugo
eotgallime datumedo
hangsang naui soneul kkwak jabajul
You Baby You You

            Mereka menunjuk pada Sungmi


nega isseo maeil nan useul su isseo
ojik nan neoui Boy Friend e e e
neomanui Boy Friend e e e
naega neol jikyeojulge neol hangsang
akkyeojulge ojik neol wihan naega dwae julge

neon naui Girl Friend e e e
namanui Girl Friend e e e
naman barabwajullae neol wihan byeori doelge
neo hanamaneul wihan nan neoui
Boy Friend

neol wihan naui maeumeun byeonhaji anha
i sesang banjjogi nado neol nochineun anha
geokjeonghajima neol ullijin anha
You’re my girl
My my world
neon naman mideumyeon dwae

ojik nan neoui Boy Friend e e e
neomanui Boy Friend e e e
naega neol jikyeojulge neol hangsang
akkyeojulge ojik neol wihan naega dwae julge

neon naui Girl Friend e e e
namanui Girl Friend e e e
naman barabwajullae neol wihan byeori doelge
neo hanamaneul wihan nan neoui
Boy Friend

Suara tepuk tangan mulai terdengar. Kwangmin berjalan menghampiri Sungmi. “Bagaimana kau..?”
“Donghyun hyung yang mendekor semua dan meminta izin pada guru”, ujar Kwangmin melihat Sungmi yang terus tersenyum sejak penampilan mereka.
“Aku sudah lama tidak melihat seyum itu”
“Mwo?”, Sungmi tak mengerti
“Di toko musik”, ujar Kwangmin tersenyum
“Kau ingat?”, tanya Sungmi tak percaya
Kwangmin hanya mengangguk. “Saranghae”
Sungmi menatap Kwangmin. “Waeyo? Kenapa kau diam saja?”, tanya Kwangmin khawatir
Sungmi menggeleng pelan, “Anio”
Kwangmin terbelalak, begitu juga penonton yang masih setia di tempat.
Tiba – tiba Sungmi tertawa kecil, “Naedo saranghae”
Kwangmin menghela nafas lega, “Aissh, kau ini”. Kwangmin memeluk Sungmi, “Saranghae”. Sungmi membalas pelukan itu, “Jeongmal saranghae”.


--The End--

Loves Hide (4)

Diposting oleh Justiv di 11.34 0 komentar

Kwangmin POV

“Tentu saja, kenapa aku harus merasa tidak yakin”, entah kenapa aku merasa hatiku bertolak belakang dengan ucapanku. Aku melihat Sungmi noona yang berjalan menunduk. Apa benar dia mendengar percakapan kami? Kenapa aku merasa khawatir jika dia mendengar semuanya?

Kwangmin POV end

Sungmi POV

 “Apa kau ingat, kau pernah menabrak seorang yeoja?”, aku segera menghentikan langkahku. “Memang apa hubungannya?”, itu suara Kwangmin!. “Kenapa kau berdiri disini?”, tanya Yunha mengagetkanku. “Shhut”, aku memeberi isyarat untuk diam. Yunha yang penasaran melirik ke kelas Kwangmin tepat di belokan aku berdiri. “Apa sekarang kau menguping?”, tanya Yunha menyipitkan matanya. “Ah, sudahlah. Bisakah kau diam saja dan menemaniku disini?”, pintaku. Yunha hanya menghela nafas. “Bagaimana mungkin Sungmi noona menyukaiku?”, aku dan Yunha sama – sama terkejut. Yunha menatapku, aku balik menatapnya bingung. “Ada apa dengan kalian semua? Memangnya kenapa kalau dia menyukaiku? Lagipula aku tidak menyukainya”. Deg! Apa aku tidak salah dengar? Bukankah tadi…suara Kwangmin?. Kulihat Yunha menatapku iba. “Kau yakin?”, tanya seseorang. “Tentu saja, kenapa aku harus merasa tidak yakin”. Aku masih tidak percaya pada apa yang kudengar. Kurasakan tangan Yunha menggenggam tanganku erat, mungkin mencoba menguatkanku. “Ayo kita pergi”, ujarku berusaha menahan tangis. “Sungmi ah, Gwaenchana?”, tanya Yunha khawatir. Aku hanya mengangguk pelan dan menariknya berjalan melewati kelas keempat yeoja yang sedang diam berbincang di depan kelas yang diantaranya adalah Kwangmin. Setelah cukup jauh, pipiku terasa basah. Aku tidak kuat lagi.

Sungmi POV end

“Sungmi ah, ayo kita ke kantin”, ajak Yunha, namun yang diajak tetap bergeming.
“Sungmi..”
“Aku bawa bekalku, bisakah kau ke kantin sendirian saja?”, Sungmi mengeluarkan bekal makannya. Yunha memandang Sungmi yang makan tanpa selera dan pergi ke kantin. Sudah 5 hari Sungmi berusaha menghindari Kwangmin, salah satunya dengan cara tidak pergi ke kantin. Maka dari itu, ia meminta eommanya menyiapkan bekal. Awalnya eommanya heran, tapi ia tetap menyiapkan bekal itu tanpa menanyakan alasannya.

“Kenapa aku tidak pernah melihat noona itu lagi ya semenjak percakapan kita waktu itu?”, ujar Minwoo. “Memangnya kenapa? Kau mulai menyukainya?”, tanya Youngmin lalu menatap Kwangmin yang juga sedang menatapnya. “Tentu saja tidak, aku itu bukan tanaman makan pagar”, ujar Minwoo jujur. “Benar juga, kemana noona itu? apa dia mendengar percakapan kita dan berusaha menjauhi Kwangmin?”,tebak Jeongmin. Kwangmin sekilas menatapnya, lalu mengalihkan pandangan pada buku di depannya.

Kwangmin POV

Kenapa aku harus tidak tenang seperti ini? Apa benar Sungmi noona menyukaiku?. Tapi rasanya aku pernah melihatnya di suatu tempat selain sekolah, tapi dimana?. Dan kenapa akhir – akhir ini aku jarang sekali melihatnya. Tiba – tiba saja aku merasa….rindu padanya.

Kwangmin POV end

Bel pulang sekolah berbunyi, semua murid bergegas pulang kecuali Sungmi, ia masih duduk manis di bangkunya. Yunha menghampirinya, “Apa kau tidak mau pulang?”. “Sebentar lagi”, ujar Sungmi tanpa beranjak dari bangkunya. “Apa kau ingin pulang bersama?”,tanya Yunha. “Bukankah kau pulang bersama Hyunsung?”, tanya Sungmi heran. “Sudahlah! Aku ingin pulang bersamamu, apa ada masalah?”, gerutu Yunha. Sungmi tertawa kecil melihatnya. Yunha ikut tersenyum, “Rasanya sudah lama sekali aku tidak melihat kau tertawa”, ujar Yunha. Sungmi menatap sahabatnya sejenak lalu berdiri dari kursinya. “Kita pulang sekarang?”, tanya Yunha. “Ani, aku mau ke toilet. Kau tunggu sebentar disini”, Yunha menatap punggung Sungmi yang tak berapa lama kemudian berganti dengan wajah ceria Hyunsung. “Chagi, ayo kita pulang”, ajak Hyunsung. “Aku pulang bersama Sungmi hari ini”, ujar Yunha. “Waeyo?”, tanya Hyunsung melihat wajah Yunha yang kusut. “Aku hanya ingin menemani Sungmi”, ujar Yunha pelan. “Kau masih mencemaskannya?”, tanya Hyunsung mendekati Yunha. “Tentu saja! Berkat sepupumu, sahabatku jadi seperti itu”, ujar Yunha sebal. “Memangnya dimana letak kesalahan Kwangmin?”, tanya Hyunsung tak mengerti.
   Kini Yunha menatap Hyunsung lekat, “Sungmi sangat menyukai Kwangmin, dan Kwangmin jelas – jelas mengatakan dia tidak menyukai Sungmi. Kau masih tidak menyadari letak kesalahannya?”, tanya Yunha menahan emosi. “Bukannkah kau bilang kalian mendengarnya tanpa sepengetahuan Kwangmin? Dia bahkan tidak tahu kalian mendengar percakapan mereka”, bela Hyunsung.
   “Hyunsung benar, ini bukan kesalahan Kwangmin”, ujar Sungmi yang sudah berdiri di depan pintu kelas.
 “Sungmi…”
“Gwaenchana Yunha ah, kau tidak perlu menghiburku lagi”, ujar Sungmi terus berjalan mendekati Yunha dan Hyunsung.
“Oh ya Hyunsung ah, bisakah kau membantuku?”, pinta Sungmi.

Happy birthday Youngmin
Happy birthday Kwangmin
Happy birthday, happy birthday
Happy birthday Jo twins

Suara merdu Jeongmin, Hyunsung dan Minwoo memenuhi studio latihan boyfriend. Mereka kini duduk melingkar mengelilingi sebuah kue tart coklat bertuliskan ‘ happy birthday jo twins ‘. “Oh ya, aku punya hadiah untukmu Kwangmin”, ujar Hyunsung lalu beranjak pergi dan kembali lagi dengan kotak besar yang dibungkus kertas kado. Kwangmin menerimanya.“Untukku tidak ada? Itu sungguh tidak adil”, ujar Youngmin merajuk. “Kau kan hyungnya, sekali – sekali kau harus mengalah”, ujar Hyunsung. Yang mendengarnya hanya tertawa. “Kau tunggu apa lagi, ayo bukalah”, desak Hyunsung. Kwangmin segera membuka hadiah tersbut dan langsung tersenyum lebar saat melihat hadiahnya. “Ini…”, Kwangmin tak bisa berkata apa – apa melihat gitar berwarna biru tosca di genggamannya. “Penjaga toko itu bilang gitar ini sudah terjual. Ternyata…”. “Sungmi ah yang membelinya”,potong Hyunsung. “Mwo?”, tanya Kwangmin memastikan. Ketiga namja lain ikut memperhatikan Hyunsung penasaran. “Mian Kwangmin, sebenarnya aku sudah lama tahu kalau Sungmi menyukaimu. Tapi aku berjanji untuk tidak mengatakannya. Kemarin dia memintaku untuk memberimu ini”, jelas Hyunsung. Kwangmin menatap gitar dihadapannya serba salah lalu membalik gitarnya. Ia menemukan sebuah surat yang tertempel di punggung gitar itu, ia pun mencabutnya dan membaca isi surat itu.

Annyeong Kwangmin, saengilcukka hamnida, sampaikan juga untuk Youngmin.
   Kau ingat, 1 tahun yang lalu kau pernah pergi ke sebuah toko alat musik dan menjatuhkan name tag mu? Waktu itu akulah yang menemukannya dan memberikannya ke kasir karena aku tidak memiliki keberanian sepertimu, mencari pemilik name tag, kupikir itu bukan ide yang bagus bagiku, jadi aku titipkan saja pada kasir. Saat mengetahui itu milikmu, entah kenapa aku merasa sedikit lega dan senang. Oh ya, kuharap kau menyukai hadiah dariku, waktu itu aku melihatmu terus memperhatikan gitar ini. Jadi kupikir kau menyukai gitar ini. Maka dari itu, aku membelinya dan berniat memberikannya apabila kita bertemu. Tapi baru kali ini aku bisa memberikannya dan lagi- lagi tidak secara langsung olehku. Mianhae…
   Mianhae, karena aku selalu memperhatikanku diam – diam. Kau pasti merasa terganggu bukan dengan tingkahku itu? Aku tau kau tidak menyukaiku.  Tenang saja, aku akan mencoba menghindar darimu dan tidak mengganggumu lagi. Gomawo karena kau selama ini tidak pernah protes dengan perasaanku.

                                                                                                               Annyeong,
                          
                                                                                                               Shin Sung Mi

Kwangmin masih menatap surat itu. “Kwangmin ah, Gwaenchana? Apa isi suratnya?”, tanya Youngmin melihat reaksi Kwangmin. Kwangmin melirik Youngmin lalu melirik Hyunsung, Jeongmin, Minwoo dan Donghyun bergantian. “Maukah kalian membantuku?”

Loves Hide (3)

Diposting oleh Justiv di 11.30 0 komentar
Sungmi POV

Omo! Kwangmin memegang kakiku! Bagaimana ini? Jantungku serasa mau copot saking senangnya. Aduh! Kenapa aku tadi bisa lari secepat itu dengan kaki yang sakit seperti ini ya?. Aku melihat  Siwon seonsaengnim dibalik pintu kelas, ia terlihat menutup pintu kelas. Tunggu Siwon seonsaengnim!

Sungmi POV end

   Sungmi berusaha berjalan secepat mungkin sambil menahan rasa sakit. “Tunggu  Siwon seonsaengnim!”. Siwon batal menutup pintu kelas. Ia melihat Sungmi berjalan ke arahnya lalu membungkuk. “Hampir saja kau terlambat”, ujar Siwon. “Cepat masuk”, ujarnya lagi. “Ne”, Sungmi baru saja akan memasuki kelasnya ketika lengannya ditahan oleh Siwon. “Dimana name tag mu?”. Sungmi baru sadar kalau name tagnya tidak menempel di bajunya. Sungmi bingung harus menjawab apa. “Lebih baik kamu tunggu diluar dulu sampai kamu bisa menemukan name tag mu, arraseo?”, Siwon masuk ke kelas meninggalkan Sungmi yang kebingungan. “Siwon seonsaengnim  itu, biar wajahnya tampan tetap saja galak!. Kemana name tag itu? kenapa harus ada peraturan wajib memakai name tag di sekolah?!”, gumam Sungmi kesal. Terpaksa ia menunggu di luar kelas.

   Sungmi sedang memijat – mijat kakinya yang sakit ketika tiba – tiba melihat sepasang sepatu di hadapannya. Sungmi segera mendongkakkan kepalanya dan melihat Kwangmin berdiri tepat didepannya.  “Apa noona yang bernama Shin Sung mi?”, tanya Kwangmin. Ia menatap Kwangmin tidak percaya. Kwangmin tahu namanya!. Tersadar, Sungmi segera menganggukpelan, “memangnya ada apa ya? Dan dari mana kau tahu namaku?”, tanya Sungmisetelah berhasil mengendalikan kegugupannya. “Aku menemukan ini terjatuh. Sepertinya tadi aku tidak sengaja menabrak noona sehingga noona menjatuhkan ini, jadi aku mencoba mencari noona, aku tau akan peraturan disekolah ini”, jelas Kwangmin panjang lebar. Sungmi hanya melongo mendengar penjelasan Kwangmin. “Ini ku kembalikan”, Kwangmin memberikan name tag milik Sungmi.     “Mianhae, sepertinya aku kurang cepat mengembalikannya”, ujar Kwangmin yang sekali liat saja sudah tau kalau Sungmi sedang dihukum. “Tidak apa- apa. Lagi pula Siwon seonsaengnim hanya menyuruhku mencari name tag ini. Karena name tagnya sudah ketemu, aku sudah selamat bukan?”,ujar Sungmi sambil tersenyum.  Kwangmin balas tersenyum. Senyuman yang bisa membuat Sungmi berdebar.

   “Apa kaki noona tidak apa – apa?”, tanya Kwangmin. Rasanya pipi Sungmi panas sekali ditanyai seperti itu oleh Kwangmin. “Ne, Gwaenchana. Geokjeongma”, jawab Sungmi . “Geuraeyo?”, Kwangmin hanya angguk – angguk kepala. Tiba – tiba pintu kelas terbuka dan Siwon seonsaengnim sudah ada di balik pintu.  “Shin Sung Mi, bukankah aku menyuruhmu mencari name tag, bukannya mengobrol. Dan kau sedang apa disini?”, tanya Siwon saat melihat Kwangmin. “Anio, aku hanya mengembalikan name tag milik Sungmi noona, aku juga tadi sudah meminta izin pada guru yang mengajar”, jawab Kwangmin tenang. “Kalau begitu, kau sudah mendapatkan name tag mu kembali bukan? Segera masuk ke kelas, dan kau juga”, Siwon lalu masuk ke dalam kelas. “Lain kali berhati – hatilah. Aku pergi dulu”, pamit Kwangmin. “Jankanman”, panggil Sungmi. Kwangmin berbalik. “Gamsanhamnida”, ujar Sungmi sambil membungkuk. “Cheonmaneyo”, jawab Kwangmin sambil terseyum lalu melangkah pergi. Sungmi memandang punggung Kwangmin dengan tatapan tidak percaya.

Sungmi POV
  
   “Apa noona yang bernama Shin Sung Mi?”, aku hampir lompat kegirangan saat melihat Kwangmin berdiridi depanku dengan pandangan memastikan. Tapi. Noona? Aku baru sadar kalau aku itu lebih tua darinya. Kadang aku merasatua dihadapannya. Tapi biarlah! Yang terpenting, aku bisa berbicara dengan Kwangmin. Senangnya!

Sungmi POV end

Sungmimasih melakukan kebiasaannya mondar – mandir di depan kelas Kwangmin tanpa berani memandang kelasnya. Tanpa ia sadari, Ia selalu diperhatikan.

Kwangmin, Youngmin, Jeongmin, Minwoo dan Hyunsung sedang berlatih koreografi di studio latihan boyband mereka, boyfriend.  “Ini ku bawakan makanan untukkalian”, Donghyun mengacungkan sekantung plastik besar membuat mereka berhenti berlatih dan duduk melingkar menikmati makanan yang dibaawa Donhyun. “Gomawo manajer”, ujar Hyunsung yang dibalas jitakan  di kepalanya. “Aku kan sudah bilang, jangan panggil aku manajer. Panggil aku hyung saja”, omel Donhyun. Hyunsung hanya tertawa kecil diikuti yang lainnya.
“Kwangmin, neodo alji? Sepertinya kau punya fans sekarang”, ujar Minwoo tiba – tiba. “Mwo? Apa maksudmu?”, tanya Kwangmin tak mengerti
“Fans? Keren sekali. Kalian bahkan baru tampil satu kali”, ujar Donghyun takjub
“Entahlah, sepertinya ini bukan fans biasa”, ujar Minwoo sambil tersenyum misterius
“Jadi kau menyadarinya juga?”, seru Jeongmin. Pandangan Minwoo beralih pada Jeongmin, “Kau juga tau ya?”. Jeongmin mengangguk pelan.  “Sebenarnya apa yang sedang kalian bicarakan?”, tanya Kwangmin frustasi. “Seperti yang tadi kubilang, kau memiliki seorang fans”, ujar Minwoo sambil menekankan pada kata ‘fans’. Tanpa mau ambil pusing, Kwangmin hanya menghela nafas .

Kwangmin POV

Apa maksud mereka? Fans? Kenapa mereka begitu heboh hanya karena aku memiliki fans? Hanya seorang fans bukan? Kenapa aku harus memikirkan hal tentnag fans ini?

Kwangmin POV end

   “Yunha, ayo”, Sungmi menarik lengan Yunha. “Sebentar, pangeranmu itu bisa menunggu kan?, ujar Yunha mulai sebal dangan tingkah Sungmi. Sungmi akhirnya mengalah dan melepas genggamannya dari Yunha.  “Geurae”, ujar Sungmi tidak bersemangat. “Ya sudah. Ayo sebelum aku berubah pikiran”, Yunha tidak tahan melihat raut wajah sahabatnya itu. “Ayo!”, ujar Sungmi tiba – tiba bersemangat
   Sungmi berjalan pelan disamping Yunha, beberapa langkah lagi ia akan sampai didepan kelas Kwangmin. Seperti biasa, 4 orang namja sedang duduk di kursi depan kelas. Tanpa sadar, Sungmi sudah melewati kelas Kwangmin. “Kenapa sih kau, tidak tepatnya kita, harus selalu melewati kelasnya kalau ingin ke kantin?”, gumam Yunha. “Entahlah, mungkin tuhan memberiku jalan mudah untuk melihat Kwangmin setiap hari”, gumam Sungmi. “Aku lebih berharap kalau tuhan memberikan keberanian padamu untuk menyatakan perasaanmu pada Kwangmin”, ujar Yunha. “Gheuraeyo? Itu terdengar aneh”, ujar Sungmi bergidik. “Waeyo? Apa karena kau, seorang perempuan menyatakan perasaanya terlebih dahulu? Lalu bagaimana dengan perasaanmu itu?”, ujar Yunha tak habis pikir. “Entahlah, aku hanya merasa…tidak pantas”.

   “Kurasa aku tadi melihatnya”, ujar Jeongmin seperti mencari – cari sesuatu. “Siapa?”, tanya Kwangmin. Jeongmin menoleh pada Kwangmin. “Fans-mu”. “Oh ya? Dimana?”, tanya Minwoo tiba – tiba antusias. “Ada apa dengan kalian? Kenapa kalian harus seheboh itu”, tanya Kwangmin jengkel. “Lagipula siapa dia? Aku bahkan tidak merasa pernah mengobrol dengan seorang yeoja. Kalian itu terlalu sensitif”, gerutu Kwangmin. “Apa kau ingat, kau pernah menabrak seorang yeoja?”, tanya Minwoo. Kwangmin berusaha mengingat. “Memang apa hubungannya?”, tanya Kwangmin bingung. “Kau benar – benar tidak sadar ya?”, tanya Youngmin yang dari tadi sibuk membaca buku. “Yeoja itu, dia yang dimaksud Jeongmin dan Minwoo sebagai fans-mu”, ujarnya lagi. “Mwo? Hyung, kau juga berpikiran seperti itu?”, tanya Kwangmin tidak percaya. “Aku tidak berpikir, tapi melihat. Dia itu menyukaimu”, ujar Youngmin datar. Kini Minwoo dan Youngmin menatap Kwangmin. “Ani, itu tidak mungkin. Bagaimana mungkin Sungmi noona menyukaiku?”, tanya Kwangmin heran. “Kau bahkan tau namanya. Itu menakjubkan”, ujar Jeongmin antusias. “Ada apa dengan kalian semua? Memangnya kenapa kalau dia menyukaiku? Lagipula aku tidak menyukainya”, ujar Kwangmin. Tanpa disangka, ucapannya itu disambut  ‘meriah’ oleh kedua namja didepannya, Youngmin hanya meliriknya sekilas. “Kau yakin?”, tanya Jeongmin menatap Kwangmin lekat. “Tentu saja, kenapa aku harus merasa tidak yakin”, jawab Kwangmin cepat.
   Kwangmin melihat Sungmi dan Yunha berjalan diantara kerumunan yang lewat. “Bukankah tadi noona yang menyukaimu itu?”, tanya Jeongmin. “Apa dia mendengar percakapan kita?”, tanya Minwoo. Kwangmin beralih menatap Minwoo. “Kenapa kalau dia mendengar kita? Bukankah itu bagus? Iya kan Kwangmin?”,tanya Youngmin tanpa mengalihkan pandangannya pada buku yang dibacanya. Kwangmin menunduk, ia tidak tahu harus membenarkannya atau tidak.

loves hide (2)

Diposting oleh Justiv di 11.28 0 komentar
Sungmi POV
“Kang Yunha, bisakah kau cepat sedikit?”, ujarku tak sabar. Sudah 15 menit aku menemani Yunha untuk membeli biola yang baru. Selama 15 menit itu pula Yunha masih bingung memilih biola. “Kalau yang ini bagaimana? Bagus tidak?”, tanya Yunha yang kesekian kalinya.
 “Ya itu bagus”, jawabku asal – asalan. “Tapi warnanya kurang cocok untukku”, ucapan Yunha berhasil membuat kesabaranku habis.“Ayolah Yunha, sampai kapan kau akan terus memilih? Itu sudah lebih dari 10 biola yang kau tanyakan pendapatnya padaku. Ini sudah sore”, ujarku dengan nada kesal.  “Baiklah, baiklah. Tunggu sebentar lagi…saja. Aku masih bingung”, ujar Yunha memohon. “Aku akan menunggu selama 10 menit. Kalau kau belum menemukan yang kau mau, aku akan pulang duluan. Arraseo?”, ujarku berusaha sabar. “Oki doki!”.

“Kalau kau bosan, bagaimana kalau kau melihat – lihat alat musik yang lainnya?”, usul Yunha lalu ia kembali memilih biola. Sesuai usul Yunha, aku melihat – lihat alat musik lainnya dan berhenti di deretan gitar.  Banyak sekali gitar yang terpajang disini. “Apa kau mau membelinya?”, aku melihat 4 orang namja berdiri berjejer di depan sebuah gitar. “Aku tidak punya uang sebanyak itu”, ujar salah seorang dari mereka.  Kulihat mereka meninggalkan tempat itu dan keluar dari toko. “Apa itu?”, aku melihat sebuah benda di tempat keempat namja tadi berdiri. “Jo Kwang Min?”, ternyata benda itu adalah sebuah name tag. “Mungkin milik salah satu dari mereka”, pikirku. “Oh ya, aku sebaiknya menyerahkan ini pada penjaga toko”, pikirku, lalu menghampiri kasir.

“Permisi, saya menemukan ini, sepertinya terjatuh. Pasti pemiliknya akan mencari. Bisakah anda memberikan pada pemiliknya, tapi jangan beritahu kalau saya yang menemukannya?”, kataku, entah kenapa aku ingin mengetahui pemilik name tag ini. “Baiklah”, ujar penjaga toko itu mengerti.  Aku menghampiri Yunha yang tengah memegang sebuah biola. Kupikir mungkin dia sudah menemukan biola yang cocok untuknya. “Apa kau sudah mendapat biola yang kau inginkan?”, tanyaku memastikan. “Begitulah, kurasa yang ini bagus”, ujar Yunha sambil mengamati lagi biola yang akan dibelinya itu.

Aku melirik keluar toko. Sekilas aku melihat salah seorang dari namja – namja tadi melihat ke arah gitar biru yang tadi kulihat. “Apa sebaiknya aku mencari lagi?”, tanya Yunha ragu – ragu. Aku reflex memandang Yunha tidak percaya. “Kang Yunha!,”, ujarku kesal. “Ya, baiklah”, Yunha tertawa kecil melihatku kesal seperti itu. Ketika aku menoleh,  kulihat keempat namja itu masuk lagi ke toko dan terlihat mencari sesuatu. “Pasti mencari name tag tadi”, pikirku. “Ada apa?”, tanya Yunha saat aku memperhatikan mereka yang menghampiri kasir. “Anio, kau pertimbangkan dulu apa mau membelinya atau tidak. Aku tunggu disana”ujarku sambil menunjuk tempat gitar biru itu dipajang. Yunha mengangguk. Aku segera ‘menghampiri’ gitar biru itu. Aku melihat harga yang tertera. “Tidak terlalu mahal. Setidaknya untuk gitar sebagus ini”, pikirku. Aku merasa ada yang memperhatikanku. Saat aku menoleh, aku mendapati salah seorang namja sedang melihat ke arahku, lebih tepatnya gitar biru di depanku.

Tiba –tiba mata kami bertemu. Matanya yang besar melihatku bingung. Sepertinya dia salah tingkah saat tatapan kami bertemu. Sebetulnya aku pun merasa salah tingkah dan entah mengapa aku memilih tersenyum padanya. Untungnya, namja itu membalas senyumku. “Hey Kwangmin, sedang apa kau? Ayo cepat”, kulihat seseorang menghampiri namja itu. “Kwangmin? Jadi dia pemilik name tag itu?”,gumamku dalam hati. Ada perasaan senang setelah aku mengetahui pemiliknya adalah namja itu. “Ayo kita pulang”, ujar Yunha yang tiba – tiba sudah ada di sebelahku. “Bisakah kau tunggu sebentar? Aku ingin membeli gitar ini”, ujarku. “jinja? Tapi kenapa tiba – tiba?”, tanya Yunha heran. “Aku suka gitar ini”.

Sungmi POV end

1 tahun kemudian…

 “Apa kau tidak bosan bolak – balik di sekitar sini hanya untuk melihatnya?”, tanya Yunha yang sudah mulai bosan dan lelah. “Ani, karena aku sudah menunggu lama untuk bertemu dengannya”, jawab Sungmi sambil terus berjalan diikuti Yunha. “Sedang apa kalian disini?”, tanya Hyun Sung. “Seperti biasa, menemani Sungmi melihat pujaan hatinya”, jawab Yunha sambil menghampiri Hyun Sung dan merangkul tangannya. “Lihatlah oppa, kakiku sampai pegal”, tambah Yunha manja.  Tiba – tiba dari salah satu kelas, banyak siswa yang keluar.  “Sepertinya mereka sudah keluar”, ujar Yunha santai. “Andwe! Bagaimana ini? Aku harus bersembunyi”, ujar Sungmi panik. Baru saja Sungmi akan melangkahkan kakinya, ada yang menyapa mereka. “Hyung,sedang apa kau disini?”, tanya Minwoo . “Hanya jalan – jalan. Apa kau baru saja mengikuti pelajaran tambahan?”, tanya Hyun Sung. “Ne, kami baru mengikuti tambahan bahasa inggris”, jawab Minwoo. “Kalian ini bertambah mesra saja sepertinya”, ujar Kwangmin yang sedari tadi ternyata ada di samping Minwoo. “Kau ini bisa saja!”, ujar Yunha malu. “Kau iri? Maka dari itu kau juga harus mencari yeoja sebagai kekasihmu”, ujar Hyun Sung . Ucapan Hyun Sung membuat jantung Sungmi berdetak cepat tidak karuan. Kwangmin hanya tersenyum. “Kalau begitu kami pergi dulu”, pamit Minwoo. Ketika Minwoo dan Kwangmin sudah menjauh, Sungmi membuang nafas lega.

“Sung mi, palli!”
“Ne oemma! Jankanman”
“Andwe! Sungmi, kau belum menyisir rambutmu?”, tanya oemma Sungmi kaget melihat Sungmi yang masih berantakan.  Oemma Sungmi segera menyisir rambut Sungmi. “Seandainya saja kau sudah punya namja chingu, kau pasti akan bangun lebih pagi karena namja chingumu menunggu di depan rumah”, ujar oemma lembut. “Oemma..” “Sudah selesai. Kaja, nanti kau terlambat”, ujar oemma. “Ne, oemma sillyehamnida”, pamit Sungmi.

Pintu gerbang hampir saja ditutup, untung saja Sungmi dapat sampai di detik – detik terakhir. “Dimana name tag milikmu?”, tanya pak satpam pada Sungmi. “Ne?”, Sungmi tidak sadar kalau dia tidak memakai name tag. Sungmi merogoh kantung bajunya dan mengambil  name tag miliknya dan menunjukkannya pada satpam itu. “Geurae Shin Sung Mi ah..”,ujar satpam itu setelah melihat nama yang tertera, “lain kali pakai name tagmu. Jangan hanya dimasukkan ke sakumu. Sekarang kau cepat masuk ”,ujar satpam itu. “Gamsahamnida”, ujar Sungmi tersenyum lalu membungkuk. Segera ia berlari secepat yang ia bisa sambil memasang name tagnya, dan berharap tidak terlambat masuk kelas. tepat saat melewati tikungan, Sungmi menabrak seseorang. Hampir saja ia jatuh kalau saja tangannya tidak ditahan orang yang ditabraknya itu, hanya saja kakinya terkilir.
 “Gwaenchana?”,
“Appeuda”, ringis Sungmi sambil memegang kakinya
“Sepertinya terkilir”, ujar orang itu yang tiba – tiba memegang kaki Sungmi. Sungmi sangat terkejut melihat orang didepannya adalah kwangmin. Tiba – tiba Sungmi berdiri, membuat Kwangmin dan Jeongmin, Youngmin serta Minwoo yang berdiri di belakang Kwangmin kaget. “Mianhae”, ujar Sungmi sambil membungkuk beberapa kali, lalu ia berlari seakan lupa akan kakinya yang terkilir. “Ada apa dengannya?”, Jeongmin memandang Sungmi heran. Kwangmin melihat sesuatu di dekat kakinya. “Shin Sung Mi”, Kwang min membaca name tag yang ditemukannya. “Bukankah kau tadi bilang kakinya terkilir?”, tanya Youngmin menoleh pada Kwangmin. “Entah, aneh sekali”, ujar Kwangmin yang juga merasa aneh dengan tingkah Sungmi. Minwoo hanya tersenyum jail.

Blog's statistik



Mw Guest Book yg Seperti ini..??
Klik di Membuat Show Hide floating Guest Book
/
 

JUST BLOG =) Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea