Min Woo menyimpan kembali ponselnya ke dalam
saku dan bergegas memasuki kerumunan di depannya. Namun langkahnya terhenti
melihat seseorang yang dikenalnya berdiri tak jauh dari sana.
“Sung Mi?”
***
Min Woo melihat Sung Mi berdiri menatap
kerumunan di depannya. “Sedang apa dia disini?”, gumam Min Woo heran. Min Woo
melihat kerumunan di depannya. Banyak namja disini, mengapa Sung Mi kesini?
Bukankah ia takut melihat namja yang belum pernah dilihatnya? Sebaiknya ia
menghampiri Sung Mi dan membawanya menjauhi kerumunan itu sebelum Sung Mi
histeris. Baru saja ia akan menginjakkan kakinya untuk langkah kedua,
langkahnya terhenti begitu melihat seorang namja menghampiri Sung Mi. Namun ia
tidak bisa melihat wajah namja itu karena
saat namja itu datang menghampiri Sung Mi, beberapa orang bertambah di
kerumunan membuat namja itu tak terlihat jelas. “Siapa namja itu?”, tanya Min
Woo dalam hati. Ia merasa penasaran, terutama saat melihat Sung Mi yang
terlihat biasa saja dengan namja itu, padahal rasanya Sung Mi tak punya teman
seorang namja selain dirinya. “Lebih baik aku mengikuti mereka”, pikir Min Woo.
…
Sung Mi menatap keramaian di depannya takut.
“Aku tidak mau masuk kesana!”, tolaknya untuk yang kesekian kali. Kwang Min
menghela nafas, melampiaskan lelah dan juga kesal.
“Kau harus masuk kesana! Ini cara agar kau
tidak takut lagi pada namja”
“Tapi dengan namja sebanyak ini, aku masih
takut”
Kwang Min menarik lengan Sung Mi, membuatnya
terkejut. “Tenang saja, percayakan padaku. Jangan lepaskan tanganku. Jika kau
merasa takut kau genggam saja tanganku dengan sa….ngat erat, arraseo?”, ujar
Kwang Min meyakinkan. Sung Mi masih sedikit ragu, namun akhirnya ia mengangguk
pelan. Kwang Min tersenyum lega.
“Tapi aku akan menggenggam tanganmu dengan
sa..ngat erat jika aku merasa takut. Kau ingat itu dan jangan protes”
“Ne, ne. Arraseo!”
Kwang Min terus menyipitkan matanya menahan
sakit. Sesuai perjanjian, Sung Mi akan menggenggam lengan Kwang Min jika ia
merasa takut dan sejak tadi tak henti – hentinya Sung Mi menggenggam tangan
Kwang Min dengan erat.
“Hey! Apa kau tidak bisa berhenti merasa
takut?! Kalau begini caranya kau tidak akan berani menghadapi namja”, keluh
Kwang Min sekaligus kesal. “Aku kan sudah bilang, terlalu banyak namja disini”,
gerutu Sung Mi tanpa membuka matanya. Kwang Min mendesah, berusaha keras
menahan rasa kesalnya.
“Tapi setidaknya, bukalah matamu. Kenapa
matamu tertutup terus?”
“Aniyo! Aku tidak mau membuka mataku. Nanti
mereka akan melihat padaku dengan wajah seram”. Kwang Min mendesah tak percaya
mendengar alasan Sung Mi.
“Oh
ya ampun, kau ini narsis sekali ya? Siapa juga yang akan memperhatikanmu?”
“Saat aku membuka mataku, yang kulihat dari
namja – namja itu pasti wajah mereka yang sedang melotot padaku. Seperti anak –
anak waktu itu”, ujar Sung Mi pelan. “Ayolah, jadi selama ini kau takut pada
anak- anak? Itu sama sekali tidak lucu”, ujar Kwang Min datar. “Kalau begitu
jangan tertawa”, ujar Sung Mi sebal.
“Tapi setidaknya lepaskan dulu tanganku, bisa
– bisa tanganku jadi bengkak”, ujar Kwang Min sambil melepaskan genggaman Sung
Mi. “Hey, lalu aku harus berpegang pada siapa?”, tanya Sung Mi sambil meraba –
raba. Sementara Kwang Min terkikik sambil berusaha menghindari rabaan Sung Mi.
Di sela sibuknya Sung Mi meraba – raba, sesorang tanpa sengaja menyenggolnya.
“Eh, eh”, Kwang Min yang melihat Sung Mi kehilangan keseimbangan buru – buru
menangkap Sung Mi. Jantung Kwang Min langsung berdegup kencang. Posisi mereka
kini seperti hampir berpelukan. Sung Mi membuka matanya yang langsung bertemu
pandang dengan mata Kwang Min. Kini ada dua jantung yang berdetak dengan cepat.
…
Min
Woo tak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi, saat ia melihat Sung Mi memeluk
pemuda yang ia tak tahu siapa. Ia tak bisa menyangka sejak ia melihat Sung Mi
pergi dengan seorang pemuda di tengah keramaian. Itu bukan Sung Mi yang seperti
biasanya. Ditambah lagi mereka tadi berpelukan. Min Woo memandangi ponselnya,
sebuah pesan masuk dari Min Ah Ra. Min Woo mengacak – acak rambutnya frustasi.
Apa yang baru saja dipikirkannya?
…
“Hey! Sung Mi!”, panggil Kwang Min. Namun Sung
Mi yang berjalan di depan Kwang Min menambah kecepatan langkahnya. Kwang Min
pun berlari dan langsung menarik lengan Sung Mi. “Kau ini kenapa? Aku kan sudah
bilang minta maaf. Lagipula itu kan tidak sengaja”, ujar Kwang Min menjelaskan.
Sung Mi juga tahu tadi itu tidak sengaja. Namun ia diam bukan karena itu, ia
masih bingung dengan degup jantungnya tadi.
“Lagi pula siapa yang ingin memelukmu”, ujar
Kwang Min.
“Mwo?! Kau pikir aku mau?”, ujar Sung Mi
ketus.
“Oh ya,
sejak tadi kan kau berjalan di depanku”, ujar Kwang Min. “Lalu?”, Sung Mi tak
mengerti maksud Kwang Min. “Itu artinya kau sudah tidak takut namja lagi!”,
seru Kwang Min senang. “Jinja? Apa benar begitu?”, tanya Sung Mi tak percaya.
“Tentu saja. Kau tidak perlu aku menutupi dirimu saat berjalan, dan kau juga
tidak menutup matamu”, ujar Kwang Min yakin. “Geureyo? Ah jinja! Aku senang
sekali”, seru Sung Mi senang. “Berarti misi pertama berhasil”, seru Kwang Min
senang. “Hore kita berhasil!”, Kwang Min dan Sung Mi berseru senang bersamaan
dan hendak berpelukan. Namun sebelum itu terjadi, mereka tersadar dan tidak
jadi berpelukan. “Sepertinya efek dari misi ini sangat besar ya”, ujar Kwang
Min lalu berjalan begitu saja mendahului Sung Mi. Sung Mi memandang punggung
Kwang Min tak percaya. “Mwo?!”
…
Sung Mi menaruh tas di mejanya dan duduk
sambil menopang dagu. “Efek yang sangat besar katanya?”, Sung Mi mencibir, “Dia
itu memang sengaja meledekku”.
“Siapa meledek siapa?”
Sung Mi kaget bukan main mendengar suara yang
tiba – tiba itu. “Min Woo, kau mengagetkanku!”, Sung Mi mengelus – elus
dadanya. Min Woo tersenyum lalu duduk di samping Sung Mi. “Jadi siapa yang
meledekmu? Apa perlu aku hajar dia?”, tanya Min Woo sambil memperagakan gaya
meninjunya. Sung Mi tersenyum geli, “Anio, bukan apa – apa. Jadi kau tidak pelu
menghajarnya”. Min Woo menghentikan gerakannya lalu memandang Sung Mi kecewa.
“Kemarin aku melihatmu bersama seorang namja”,
ujar Min Woo membuat Sung Mi cukup terkejut. “Kau melihatku dimana?”, tanya
Sung Mi hati – hati. “Apa namja itu yang tidak perlu kuhajar?”, tanya Min Woo
tanpa mengindahkan pertanyaan Sung Mi. “Bukan begitu”, Sung Mi jadi merasa
bingung harus berkata apa.
Sung Mi POV
“Bukan begitu”
Kenapa
dia bisa tahu aku kemarin bersama seorang namja? Eotteokhaji? Apa aku jujur saja pada Min
Woo tentang Kwang Min dan rencana…. . “Min Woo!”, mataku langsung tertuju pada
seorang yeoja yang menghampiri Min Woo.
“Oh, Ah Ra”
Aku tersenyum tipis saat kulihat Ah Ra
tersenyum padaku. “Boleh kupinjam Min Woo?”, tanya Ah Ra, nada suaranya
terdengar ramah. Pinjam? Memangnya Min Woo itu barang? “Ne, silakan”, aku
berusaha tersenyum. Kulihat Min Woo dan Ah Ra keluar dari kelas. Aku menggeleng
cepat. Andwae! Aku tidak boleh mengatakannya! Tapi…kenapa saat Min Woo bertanya
tadi ia tidak terlihat senang? Apa dia mulai takut kehilanganku? Kalau benar
aku akan sangat senang.
Sung Mi POV end
Sung Mi menghentakkan kakinya beberapa kali
sambil bersandar di gerbang sekolah. Saat istirahat ia sudah mengirim pesan
pada Kwang Min untuk pulang bersama. Ia ingin segera menceritakan tentang
dugaannya pada Min Woo. Ia semakin yakin akan dugaannya ketika motor Min Woo
berhenti di depannya semenit yang lalu.
“Kau menunggu jemputan?”, tanya Min Woo
melihat Sung Mi yang berdiri di gerbang sekolah. Sung Mi melirik Ah Ra yang
duduk manis di jok belakang, “Begitulah”, jawabnya asal lalu mengalihkan
perhatian pada gedung sekolah. “Apa dia sekolah disini?”, tanya Min Woo melihat
tingkah Sung Mi. Masih terbawa suasana, Sung Mi menjawab dengan asal. “Ne,
begitulah”. Sadar dengan jawabannya, Sung Mi langsung menatap Min Woo hati –
hati. “Geuraeyo?”. Entah
kenapa, Sung Mi merasa Min Woo terlihat ..kecewa. “Kalau begitu aku pulang
duluan”. Motor Min Woo melaju dengan Ah Ra yang tersenyum pada Sung Mi.
Ia benar – benar tak sabar
menceritakan semua dugaannya itu pada Kwang Min. Tapi selama 5 menit ia berdiri
menunggu, Kwang Min sama sekali belum terlihat batang hidungnya.
“Apa kau sudah lama menunggu?”, tanya
Kwang Min yang tiba – tiba ada di depan Sung Mi. “Ani, baru sekitar 5 menit.
Ayo, harus ada yang aku ceritakan padamu”, ujar Sung Mi semangat. “Mianhe, aku
ada perlu hari ini”, ujar Kwang Min menyesal. “Mwo? Kalau begitu kenapa kau
tidak mengirim pesan padaku?”, gerutu Sung Mi. Kwang Min menggaruk kepalanya,
merasa bersalah. “Mianhe, aku juga baru dihubungi 1 menit yang lalu”. Sung Mi
hanya bisa menghela nafas kecewa. “Ya sudah, aku akan menelepon jemputanku
saja”. Sung Mi baru saja mengeluarkan ponselnya, tapi langsung dicegah Kwang
Min.
“Wae?”
“Bagaimana kalau kau ikut denganku
saja?”
“Mwo? Kemana?”
“Ke studio dance. Aku akan
melakukan audisi disana”
“Audisi?”, Sung Mi mengernyit
bingung. “Aku akan mendaftar audisi sebagai boyband”, jelas Kwang Min.
“Boyband? Kau?”, Sung Mi memandangi Kwang Min dari ujung kaki sampai ujung
kepala tak percaya. “Kenapa kau memperhatikanku seperti itu?”, tanya Kwang Min
tak suka. “Anio”, Sung Mi berusaha menahan tawa. “Ya sudah kalau tidak mau
ikut”, Kwang Min berjalan begitu saja melewati Sung Mi. “Eh? Chankaman!”.
0 komentar:
Posting Komentar