Jumat, 10 Mei 2013

Scare Of namja (5)

Diposting oleh Justiv di 15.29
Min Woo menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku dan bergegas memasuki kerumunan di depannya. Namun langkahnya terhenti melihat seseorang yang dikenalnya berdiri tak jauh dari sana.
“Sung Mi?”
***
Min Woo melihat Sung Mi berdiri menatap kerumunan di depannya. “Sedang apa dia disini?”, gumam Min Woo heran. Min Woo melihat kerumunan di depannya. Banyak namja disini, mengapa Sung Mi kesini? Bukankah ia takut melihat namja yang belum pernah dilihatnya? Sebaiknya ia menghampiri Sung Mi dan membawanya menjauhi kerumunan itu sebelum Sung Mi histeris. Baru saja ia akan menginjakkan kakinya untuk langkah kedua, langkahnya terhenti begitu melihat seorang namja menghampiri Sung Mi. Namun ia tidak bisa melihat wajah namja itu  karena saat namja itu datang menghampiri Sung Mi, beberapa orang bertambah di kerumunan membuat namja itu tak terlihat jelas. “Siapa namja itu?”, tanya Min Woo dalam hati. Ia merasa penasaran, terutama saat melihat Sung Mi yang terlihat biasa saja dengan namja itu, padahal rasanya Sung Mi tak punya teman seorang namja selain dirinya. “Lebih baik aku mengikuti mereka”, pikir Min Woo.
Sung Mi menatap keramaian di depannya takut. “Aku tidak mau masuk kesana!”, tolaknya untuk yang kesekian kali. Kwang Min menghela nafas, melampiaskan lelah dan juga kesal.
“Kau harus masuk kesana! Ini cara agar kau tidak takut lagi pada namja”
“Tapi dengan namja sebanyak ini, aku masih takut”
Kwang Min menarik lengan Sung Mi, membuatnya terkejut. “Tenang saja, percayakan padaku. Jangan lepaskan tanganku. Jika kau merasa takut kau genggam saja tanganku dengan sa….ngat erat, arraseo?”, ujar Kwang Min meyakinkan. Sung Mi masih sedikit ragu, namun akhirnya ia mengangguk pelan. Kwang Min tersenyum lega.
“Tapi aku akan menggenggam tanganmu dengan sa..ngat erat jika aku merasa takut. Kau ingat itu dan jangan protes”
“Ne, ne. Arraseo!”

Kwang Min terus menyipitkan matanya menahan sakit. Sesuai perjanjian, Sung Mi akan menggenggam lengan Kwang Min jika ia merasa takut dan sejak tadi tak henti – hentinya Sung Mi menggenggam tangan Kwang Min dengan erat.
“Hey! Apa kau tidak bisa berhenti merasa takut?! Kalau begini caranya kau tidak akan berani menghadapi namja”, keluh Kwang Min sekaligus kesal. “Aku kan sudah bilang, terlalu banyak namja disini”, gerutu Sung Mi tanpa membuka matanya. Kwang Min mendesah, berusaha keras menahan rasa kesalnya.
“Tapi setidaknya, bukalah matamu. Kenapa matamu tertutup terus?”
“Aniyo! Aku tidak mau membuka mataku. Nanti mereka akan melihat padaku dengan wajah seram”. Kwang Min mendesah tak percaya mendengar alasan Sung Mi.
“Oh ya ampun, kau ini narsis sekali ya? Siapa juga yang akan memperhatikanmu?”
“Saat aku membuka mataku, yang kulihat dari namja – namja itu pasti wajah mereka yang sedang melotot padaku. Seperti anak – anak waktu itu”, ujar Sung Mi pelan. “Ayolah, jadi selama ini kau takut pada anak- anak? Itu sama sekali tidak lucu”, ujar Kwang Min datar. “Kalau begitu jangan tertawa”, ujar Sung Mi sebal.
“Tapi setidaknya lepaskan dulu tanganku, bisa – bisa tanganku jadi bengkak”, ujar Kwang Min sambil melepaskan genggaman Sung Mi. “Hey, lalu aku harus berpegang pada siapa?”, tanya Sung Mi sambil meraba – raba. Sementara Kwang Min terkikik sambil berusaha menghindari rabaan Sung Mi. Di sela sibuknya Sung Mi meraba – raba, sesorang tanpa sengaja menyenggolnya. “Eh, eh”, Kwang Min yang melihat Sung Mi kehilangan keseimbangan buru – buru menangkap Sung Mi. Jantung Kwang Min langsung berdegup kencang. Posisi mereka kini seperti hampir berpelukan. Sung Mi membuka matanya yang langsung bertemu pandang dengan mata Kwang Min. Kini ada dua jantung yang berdetak dengan cepat.
   Min Woo tak bisa berhenti memikirkan kejadian tadi, saat ia melihat Sung Mi memeluk pemuda yang ia tak tahu siapa. Ia tak bisa menyangka sejak ia melihat Sung Mi pergi dengan seorang pemuda di tengah keramaian. Itu bukan Sung Mi yang seperti biasanya. Ditambah lagi mereka tadi berpelukan. Min Woo memandangi ponselnya, sebuah pesan masuk dari Min Ah Ra. Min Woo mengacak – acak rambutnya frustasi. Apa yang baru saja dipikirkannya?
“Hey! Sung Mi!”, panggil Kwang Min. Namun Sung Mi yang berjalan di depan Kwang Min menambah kecepatan langkahnya. Kwang Min pun berlari dan langsung menarik lengan Sung Mi. “Kau ini kenapa? Aku kan sudah bilang minta maaf. Lagipula itu kan tidak sengaja”, ujar Kwang Min menjelaskan. Sung Mi juga tahu tadi itu tidak sengaja. Namun ia diam bukan karena itu, ia masih bingung dengan degup jantungnya tadi.
“Lagi pula siapa yang ingin memelukmu”, ujar Kwang Min.
“Mwo?! Kau pikir aku mau?”, ujar Sung Mi ketus.
 “Oh ya, sejak tadi kan kau berjalan di depanku”, ujar Kwang Min. “Lalu?”, Sung Mi tak mengerti maksud Kwang Min. “Itu artinya kau sudah tidak takut namja lagi!”, seru Kwang Min senang. “Jinja? Apa benar begitu?”, tanya Sung Mi tak percaya. “Tentu saja. Kau tidak perlu aku menutupi dirimu saat berjalan, dan kau juga tidak menutup matamu”, ujar Kwang Min yakin. “Geureyo? Ah jinja! Aku senang sekali”, seru Sung Mi senang. “Berarti misi pertama berhasil”, seru Kwang Min senang. “Hore kita berhasil!”, Kwang Min dan Sung Mi berseru senang bersamaan dan hendak berpelukan. Namun sebelum itu terjadi, mereka tersadar dan tidak jadi berpelukan. “Sepertinya efek dari misi ini sangat besar ya”, ujar Kwang Min lalu berjalan begitu saja mendahului Sung Mi. Sung Mi memandang punggung Kwang Min tak percaya. “Mwo?!”

Sung Mi menaruh tas di mejanya dan duduk sambil menopang dagu. “Efek yang sangat besar katanya?”, Sung Mi mencibir, “Dia itu memang sengaja meledekku”.
“Siapa meledek siapa?”
Sung Mi kaget bukan main mendengar suara yang tiba – tiba itu. “Min Woo, kau mengagetkanku!”, Sung Mi mengelus – elus dadanya. Min Woo tersenyum lalu duduk di samping Sung Mi. “Jadi siapa yang meledekmu? Apa perlu aku hajar dia?”, tanya Min Woo sambil memperagakan gaya meninjunya. Sung Mi tersenyum geli, “Anio, bukan apa – apa. Jadi kau tidak pelu menghajarnya”. Min Woo menghentikan gerakannya lalu memandang Sung Mi kecewa.
“Kemarin aku melihatmu bersama seorang namja”, ujar Min Woo membuat Sung Mi cukup terkejut. “Kau melihatku dimana?”, tanya Sung Mi hati – hati. “Apa namja itu yang tidak perlu kuhajar?”, tanya Min Woo tanpa mengindahkan pertanyaan Sung Mi. “Bukan begitu”, Sung Mi jadi merasa bingung harus berkata apa.
Sung Mi POV
“Bukan begitu”
 Kenapa dia bisa tahu aku kemarin bersama seorang namja? Eotteokhaji? Apa aku jujur saja pada Min Woo tentang Kwang Min dan rencana…. . “Min Woo!”, mataku langsung tertuju pada seorang yeoja yang menghampiri Min Woo.
“Oh, Ah Ra”
 Aku tersenyum tipis saat kulihat Ah Ra tersenyum padaku. “Boleh kupinjam Min Woo?”, tanya Ah Ra, nada suaranya terdengar ramah. Pinjam? Memangnya Min Woo itu barang? “Ne, silakan”, aku berusaha tersenyum. Kulihat Min Woo dan Ah Ra keluar dari kelas. Aku menggeleng cepat. Andwae! Aku tidak boleh mengatakannya! Tapi…kenapa saat Min Woo bertanya tadi ia tidak terlihat senang? Apa dia mulai takut kehilanganku? Kalau benar aku akan sangat senang.
Sung Mi POV end

Sung Mi menghentakkan kakinya beberapa kali sambil bersandar di gerbang sekolah. Saat istirahat ia sudah mengirim pesan pada Kwang Min untuk pulang bersama. Ia ingin segera menceritakan tentang dugaannya pada Min Woo. Ia semakin yakin akan dugaannya ketika motor Min Woo berhenti di depannya semenit yang lalu.
“Kau menunggu jemputan?”, tanya Min Woo melihat Sung Mi yang berdiri di gerbang sekolah. Sung Mi melirik Ah Ra yang duduk manis di jok belakang, “Begitulah”, jawabnya asal lalu mengalihkan perhatian pada gedung sekolah. “Apa dia sekolah disini?”, tanya Min Woo melihat tingkah Sung Mi. Masih terbawa suasana, Sung Mi menjawab dengan asal. “Ne, begitulah”. Sadar dengan jawabannya, Sung Mi langsung menatap Min Woo hati – hati. “Geuraeyo?”. Entah kenapa, Sung Mi merasa Min Woo terlihat ..kecewa. “Kalau begitu aku pulang duluan”. Motor Min Woo melaju dengan Ah Ra yang tersenyum pada Sung Mi.
Ia benar – benar tak sabar menceritakan semua dugaannya itu pada Kwang Min. Tapi selama 5 menit ia berdiri menunggu, Kwang Min sama sekali belum terlihat batang hidungnya.
“Apa kau sudah lama menunggu?”, tanya Kwang Min yang tiba – tiba ada di depan Sung Mi. “Ani, baru sekitar 5 menit. Ayo, harus ada yang aku ceritakan padamu”, ujar Sung Mi semangat. “Mianhe, aku ada perlu hari ini”, ujar Kwang Min menyesal. “Mwo? Kalau begitu kenapa kau tidak mengirim pesan padaku?”, gerutu Sung Mi. Kwang Min menggaruk kepalanya, merasa bersalah. “Mianhe, aku juga baru dihubungi 1 menit yang lalu”. Sung Mi hanya bisa menghela nafas kecewa. “Ya sudah, aku akan menelepon jemputanku saja”. Sung Mi baru saja mengeluarkan ponselnya, tapi langsung dicegah Kwang Min.
“Wae?”
“Bagaimana kalau kau ikut denganku saja?”
“Mwo? Kemana?”
“Ke studio dance. Aku akan melakukan audisi disana”
“Audisi?”, Sung Mi mengernyit bingung. “Aku akan mendaftar audisi sebagai boyband”, jelas Kwang Min. “Boyband? Kau?”, Sung Mi memandangi Kwang Min dari ujung kaki sampai ujung kepala tak percaya. “Kenapa kau memperhatikanku seperti itu?”, tanya Kwang Min tak suka. “Anio”, Sung Mi berusaha menahan tawa. “Ya sudah kalau tidak mau ikut”, Kwang Min berjalan begitu saja melewati Sung Mi. “Eh? Chankaman!”.

0 komentar:

Posting Komentar

Blog's statistik



Mw Guest Book yg Seperti ini..??
Klik di Membuat Show Hide floating Guest Book
/
 

JUST BLOG =) Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea