Senin, 10 Desember 2012

Scare Of Namja ( Story Fiction )

Diposting oleh Justiv di 05.58

 

Main cast           :           Shin Sung Mi
                                       Jo Kwang Min
                                       No Min Woo
                                       Min Ah Ra
Other cast          :           Others member boyfriend
Genre                 :           Yang ujung – ujungnya so sweet


 12 tahun yang lalu..
Shin Sung Mi adalah seorang gadis kecil yang sangat pemalu, ia baru saja pindah dari Amerika ke Seoul, tempat kelahirannya. Selain orang tuanya yang selalu sibuk dan jarang berada di rumah, sifatnya yang pemalu juga membuatnya sulit untuk berinteraksi dengan teman sebayanya. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Dengan senang, ia menuruni anak tangga untuk mengampiri kedua orangtuanya. Dilihatnya kedua orangtuanya sedang bersiap – siap ke kantor. Namun keadaanya tak sesuai dengan harapan, orangtuanya bersikap seperti hari – hari biasanya. “Appa dan eomma pergi dulu ya, hati – hati kalau bermain”, Lalu appa dan eommanya mencium keningnya tanda berpamitan. Sung Mi menutup pintu rumahnya lemas. “Bagaimana bisa appa dan eomma melupakan ulang tahunku?”, gerutu Sung Mi. Jam menunjukkan pukul 13.00 siang. Sung Mi menghela nafas,ia meras bosan. “Ahjuma, aku ingin keluar main sebentar ya?”, izin Sung Mi.
                “Apa mau saya temani nona?”.
               “Tidak usah, aku hanya ingin bermain sepeda”,
               “Baiklah, hati – hati nona”
               “Ya, aku pergi”
Sung Mi menyusuri kompleks perumahannya sambil mengayuh sepedanya. Angin di siang hari menerpa wajahnya, membuat  rambut lurusnya sedikit berantakan. “Aduh!”, Sung Mi berhenti di sebuah taman dengan cara yang tidak menyenangkan. Ia memegangi kepalanya yang sakit dengan posisi masih duduk di sepedanya. Dilihatnya bola yang baru saja mengenai kepalanya menggelinding menjauhi taman. Belum sampai 3 menit, Bukk !, Bukk ! Bukk ! Ada yang menabrak sepedanya yang otomatis, membuat dirinya terjatuh. Sung Mi meringis kesakitan, diikuti anak – anak lain yang tadi menabraknya. Tiba – tiba saja anak – anak itu menatap Sung Mi kesal. Anak – anak tersebut lalu menghampiri Sung Mi. “Hey kau! Kau ini babo atau apa? berhenti sembarangan seperti itu. Gara – gara kau kami jadi luka seperti ini tahu!”, ujar salah seorang anak bertubuh tambun. Sung Mi hanya bisa menatap anak itu dengan tatapan ketakutan. Diperhatikannya satu persatu anak yang ada di depannya, yang ternyata semuanya adalah laki – laki.
“Hey neo ! Kau ini babo ya! Bukannya mengambil bolaku malah duduk disini! Harusnya kau mengambil bolaku saat bolaku menggelinding ke arahmu!”, cecar seorang anak laki – laki yang tiba – tiba ada di depannya. Sung Mi semakin takut melihat banyak anak laki – laki yang marah padanya. “Aku tidah tahu! Aku tidah tahu!”, Sung Mi menangis ketakutan sambil memejamkan mata dan menutup telinganya dengan kedua tangannya. Sementara terdengar suara anak – anak tadi mengejeknya cengeng, babo, dan sebagainya. “Hey! Apa yang kalian lakukan?”, tiba – tiba terdengar sebuah suara sedikit berteriak. “Kenapa kalian mengejeknya seperti itu, itu kan tidak baik”, ujar suara itu lagi. Sung Mi memberanikan dirinya melihat siapa pemilik suara tersebut. Seorang anak laki – laki sedang berdiri di sampingnya sambil memegang sebuah bola di tangan kanannya.
“Omo!” Sung Mi menutup mulutnya seketika ketika melihat adegan di depannya, begitu juga anak – anak yang lain menatap kejadian itu terkejut. Anak laki  - laki di sampingnya melempar bola yang dipegangnya tepat ke kepala anak yang tadi memarahi Sung Mi karena bola. Anak yang dilempari itu mengelus – elus kepalanya. “Neo! Apa yang kau lakukan?”, bentak anak itu. “Lihat bolaku menggelinding jauh”, ujar anak yang melempar sambil menunjuk bolanya yang menggelinding jauh. “Bukannya mengambil bolaku malah kau diam disini”, ujar anak tersebut. “Mwo?! Kau kan yang melempar, kenapa aku yang harus mengambilnya?”, tanya anak yang dilempari itu tidak terima. “Sama sepertimu, untuk apa dia mengambil bolamu kalau kau yang melemparnya!”, ujar anak itu tanpa rasa takut. “Kau pikir dia ada waktu untuk mengambil bolamu ketika kepalanya sakit? Kau itu babo ya?”, ujar anak itu seolah membalikkan keadaan. “Dan kalian, salahkan saja dia, karena dia sudah melempar bola sembarangan”, ujar anak itu menunjuk anak yang baru saja ia lempari bola. Sementara itu, anak yang ditunjuk malah lari entah kemana.  “Sudahlah! Ayo kita pergi saja”, ujar anak – anak  itu dan mengayuh sepedanya menjauhi taman.
Sung Mi POV
Kulihat anak pemberani tadi mengulurkan tangannya padaku, “Gwenchanayeo?”, tanyanya. Aku yang masih syok dengan kejadian tadi malah mundur menjauhinya. “Waeyo? Apa kau takut aku menyakitimu seperti mereka tadi?”, tanyanya lagi. Aku hanya menatapnya dengan was-was. Ia menurunkan tangannya dan tersenyum. “Tenanglah, aku tidak akan melakukan itu padamu. Percayalah”, ujarnya lagi. Ekspresinya menunjukkan kalau ia bersungguh – sungguh. Aku hanya menyahut dengan anggukan. Kulihat ia tersenyum lagi dan mengulurkan tangannya lagi padaku. “Mau kubantu?”, tanyanya. Kuberanikan diri meraih tangannnya yang berusaha membantuku berdiri. “Gomawo”, ujarku pelan, setelah berdiri dibantu olehnya. “Ne, cheoman neo”, jawabnya. “Sebaiknya kita cuci dulu lukamu”, ujar anak itu. Aku hanya mengangguk.
POV end
               Sung Mi sedang duduk di bangku taman , kini kaki dan tangannya sudah bersih dari luka. Sebuah bola menggelinding kearahnya, ia merunduk hendak mengambil bola tersebut. Namun ketika ia akan mengambil bola itu, ia melihat seorang anak laki – laki menghampirinya. Dengan cepat ia mengurungkan niatnya mengambil bola itu dan menutup mata dan telinganya. Anak laki – laki yang menghampiri Sung Mi hanya memperhatikannya dengan tatapan aneh, lalu mengambil bolanya dan menjauh pergi. Sung Mi masih menutup  mata dan telinganya dan tubuhnya gemetar ketakutan. Tiba – tiba seseorang menepuk pundaknya, membuat Sung Mi terkejut dan menggeser tubuhnya tanpa membuka mata dan telinganya. “Gwenchanayo?”, tanya suara itu. Sung Mi semakin gemetar dan semakin menggeser duduknya. “Ini aku, bukalah matamu”, pinta suara itu.                          
               Sung Mi membuka mata dan telinganya. Ia melihat anak yang membelanya tadi duduk di depannya. “Gwenchanayo? Kulihat kau tadi ketakutan waktu seorang anak mengambil bolanya kesini. Apa dia berbuat sesuatu padamu?”, tanyanya. “Ani, hanya saja aku rasa ini karena kejadian tadi”, jawab Sung Mi. Anak itu memandangnya bingung. “Baru hari ini aku keluar tanpa pengasuhku dan baru kali ini juga aku bertemu laki – laki sebayaku, baru pertama kali saja membuatku takut”, terang Sung Mi. “Kau takut pada anak laki – laki?”, tanya anak itu. Sung Mi memandangnya, diwajahnya tidak terlihat kalau dia ingin tertawa. Raut mukanya justru menunjukkan keheranan. Sung Mi hanya mengangguk pelan. Anak itu terlihat sedang berpikir. “Geuraeyeo! Aku akan menjagamu dari anak laki – laki”, ujarnya semangat. “Jinja?”, tanya Sung Mi dengan tatapan polosnya. “Tentu saja! Kau boleh menganggapku…hm”, anak itu tampak berpikir.
               “Malaikat pelindung?”, saran Sung Mi. “Ya! Malaikat pelindung! Itu bagus juga”, ujar anak itu tersenyum, membuat Sung Mi tersenyum juga. “Lihat! Aku sudah membuatmu tersenyum. Aku juga akan membuatmu selalu tersenyum”, ujar anak itu sambil mengajukan jari kelingkingnya. “Apa itu?”, tanya Sung Mi tak mengerti. “Ini artinya simbol janji. Angkat jari kelingkingmu”,ujar anak itu. Sung Mi mengangkat jari kelingkingnya. “Lingkarkan jari kelingkingmu di jari kelingkingku seperti ini”, anak itu melingkarkan jari kelingkingnya ke jari kelingking Sung Mi. Sung Mi mengikutinya melingkarkan jari kelingkingnya.
               “Siapa namamu?”, tanya anak itu. “Shin Sung Mi”, jawab Sung Mi lengkap. “Baiklah Sung Mi-ah, aku berjanji akan menjadi malaikat pelindungmu dan akan membuatmu selalu tersenyum”, ujar anak itu lalu melepaskan jari kelingkingnya. Sung Mi tersenyum mendengarnya. “Kalau begitu, kuantar kau pulang ya”, ujar anak itu. “Hm”, Sung Mi mengangguk senang.
Sesampainya di depan rumah Sung Mi..
“Ternyata rumahmu disini, kalau begitu kita tetangga!”, ujar anak itu senang. “Jinja?”, tanya Sung Mi yang juga senang mengetahui itu. “Rumahku tinggal jalan beberapa rumah dari sini”, ujarnya. “Kalau begitu, aku pulang dulu ya”, ujar Anak itu berpamitan. “Malaikat pelindung”, panggil Sung Mi, anak itu menoleh. “Aku belum tau namamu. Siapa namamu?”, tanya Sung Mi. “No Min Woo, panggil saja Min Woo”, ujarnya sambil tersenyum lalu berjalan pulang. Sung Mi menatap Min Woo sambil tersenyum dan masuk ke rumahnya.
Min Woo POV
Shin Sung Mi, baru kali ini aku melihat anak perempuan yang takut pada anak laki – laki. Hari ini aku berjanji akan menjadi malaikat pelindungnya dari anak laki – laki. Entah kenapa aku ingin melakukannya, menjadi malaikat pelindungnya.
POV end
Masa kini …
               Min Woo melihat jam di tangannya menunjukkan angka 5. Lalu ia mengeluarkan ponselnya dan mengetik sebuah pesan singkat. Ditekannya tombol kirim, Min Woo menaruh ponselnya ke dalam saku sambil tersenyum. Lalu ia berlari menuju suatu tempat.
Sung Mi menghela nafas kesal. Ia membuka ponselnya dan membaca sebuah pesan singkat. ‘Mianhe, aku akan terlambat. Kau tunggu saja di tempat parkir. Ok?’, begitu isi pesan singkat yang dibacanya. Pesan singkat dari Min Woo. Sung Mi berjalan melewati koridor yang sudah sepi. Ia mendengus kesal, “ Selalu seperti ini, terlambat lagi? Aish, kenapa ia harus latihan sampai sesore ini sih”, gerutu Sung Mi.  Sung Mi menuruti Min Woo untuk menunggu di tempat parkir. Setibanya di tempat parkir, Sung Mi segera mencari tempat dimana motor milik Min Woo disimpan.  Beberapa meter dari tempat motor Min Woo diparkir, terlihat beberapa orang murid laki – laki berjalan sambil mengobrol. Mereka lalu berdiri didepan motor masing – masing yang dekat dengan motor Min Woo. Namun, bukannya beranjak pulang, mereka malah berdiam diri di tempat parkir. Dengan ragu - ragu Sung Mi mendekati kumpulan namja itu. “Permisi”, Sung Mi menelan ludahnya melihat para namja itu serempak menoleh padanya. “Ne?”, tanya salah seorang namja. “A…a..a..ku..”, Sung Mi tiba – tiba tergagap. “Hei, bukankah kau yeoja penakut itu?”, seru salah satu namja. Sung Mi mulai terlihat panik. “Oh ya? Oh benar!”, seru namja lainnya. Namja – namja itu mulai maju mendekati Sung Mi. “Saat ini kau pasti ketakutan, iya kan?”, seru salah seorang namja. Namja yang lainnya tertawa. Sung Mi yang mulai ketakutan, mulai berjalan mundur. “Apa yang kau takutkan? Apa kami terlihat menyeramkan?”, seru salah satu namja lalu membuat mimik wajah yang aneh. Sung Mi semakin berjalan mundur. 
“Waa!”, tiba – tiba semua namja itu mengagetkannya. Sung Mi langsung berjongkok dengan memegang kepalanya. “Min Woo”, gumam Sung Mi yang mulai menangis. Namja – namja itu menertawakan Sung Mi yang sudah sangat ketakutan.  “Ya! Apa yang kalian lakukan?”, Sung Mi berhenti menangis mendengar suara yang sangat dikenalnya itu. Namja – namja tadi berhenti tertawa. “Bahkan kami tidak melakukan apapun, tapi dia malah ketakutan seperti itu”, ujar salah satu namja. Min Woo menatap namja – namja itu dengan tatapan tidak senang. “Sudahlah! Lebih baik kita pergi saja”, seru namja yang lain.  Namja – namja itu pun menaiki motor masing – masing dan pergi. Min Woo berjongkok, memegang bahu Sung Mi yang masih gemetar. “Gwenchana, mereka sudah pergi” , ujar Min Woo, membantu Sung Mi berdiri. “Gomawo”, ujar Sung Mi, mengusap air matanya.
 “Kenapa kau bisa berurusan dengan mereka?”, tanya Min Woo sambil membersihkan debu di lengan Sung Mi. “Awalnya aku hanya izin untuk lewat, karena mereka menghalangi jalan. Tapi tiba – tiba saja mereka mengolok – olokku dan menakutiku seperti tadi”, jelas Sung Mi, sudah berhenti menangis. Min Woo menatap Sung Mi lekat lalu berkata, “Mulai sekarang, aku benar – benar tidak akan meninggalkanmu lagi sendirian”. Sung Mi mencibir, “Nah!, kau selalu berkata seperti itu, tapi kau selalu mengingkarinya”. “Kali ini tidak akan lagi, aku benar – benar akan menjagamu dari namja – namja itu”, ujar Min Woo mantap. Sung Mi mangangkat jari kelingkingnya, “Aku harus memastikan dulu”. Min Woo menatap jari kelingking Sung Mi yang mungil lalu tersenyum. “Kau bisa pegang kata – kataku”, Min Woo melingkarkan jari kelingkingnya di jari kelingking Sung Mi. Mereka tersenyum bersama.

0 komentar:

Posting Komentar

Blog's statistik



Mw Guest Book yg Seperti ini..??
Klik di Membuat Show Hide floating Guest Book
/
 

JUST BLOG =) Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea