That Man
My POV
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah, dan kini aku naik
menjadi kelas 2 sma. Ketika memasuki gerbang, banyak orang yang berlarian
dengan memakai atribut yang aneh – aneh. Mereka adalah murid baru yang sedang
mengikuti MOS. Lucu sekali melihat mereka berlari terburu –buru sambil
memakai atribut – atribut itu, rasanya
seperti bernostalgia. Aku segera ke
kantin untuk membeli minum dan menunggu teman-temanku di bangku depan kantin. Beberapa saat kemudian, aku melihat salah
satu temanku melambaikan tangannya sambil berjalan menghampiriku. Aku balas
melambaikan tanganku dan tersenyum padanya. Pandanganku sejenak beralih pada
salah seorang peserta MOS yang berjalan tepat di belakang temanku. Jalannya yang tegap, dan
pandangannya yang acuh tak acuh membuatku terus memperhatikannya.
All
“Hei! Aku panggil koq kamu ngelamun
aja? Aku udah di depan kamu, jadi turunin tangan kamu itu. Diliatin orang tuh”,
Clarisa, temanku menyadarkanku. Aku segera menurunkan posisi tanganku. “Kamu
kenapa pagi – pagi udah ngelamun?” tanya Clarisa sambil menengokkan kepalanya
seakan dia tahu kalau aku sedang memperhatikan seseorang. “Jangan – jangan kamu
lagi ngeliatin dia ya?”, ujarnya tiba – tiba menunjuk kecil ke arah seseorang.
Aku melirik ke arah orang yang ditunjuknya. Seorang peserta MOS yang berbadan
tinggi dan ramping untuk tubuh seorang laki- laki dan aku akui dia cukup
tampan. “Ah, bukan, aku ga merhatiin dia
koq”, jawabku jujur. “Tapi dia ganteng kan?” tanyanya dengan nada antusias, aku
bisa menebak kalau dia menyukai orang itu. “ Yah, lumayan”, jawabku. “Tau ga?
Dia itu udah jadi perhatian semua orang disini lho, terutama perempuan. ”, ujar
Clarisa tanpa mengalihkan pandangannya.
My POV
Aku tidak heran, dari wajahnya yang
cukup tampan menurutku, dia pasti mudah menarik hati para wanita. Tapi berbeda
denganku, aku tidak mudah menyukai seseorang. Mungkin karena aku belum
diperbolehkan berpacaran sehingga aku menutup diri pada laki – laki sampai saat
ini. Tapi entah mengapa, laki – laki itu membuatku memperhatikannya. Namun kemana dia? Ketika aku mengalihkan
pandanganku pada seseorang yang ditunjuk Clarisa, aku tidak melihatnya lagi.
All
“Apa kamu ga bosen merhatiin dia
terus?”, ujar Andin pada Clarisa yang terus menerus memperhatikan kelas Faris,
murid baru yang fenomenal itu. “Iya, dia juga ga akan keluar, Clar” tambahku.
Aku, Andin dan Clarisa sedang berdiri menunggu antrian kamar ganti. Clarisa
berbalik “Dia itu genteng banget, sayangnya dia udah punya pacar”, ujar Clarisa
dengan nada sedikit kesal. Sudah seminggu berlalu sejak MOS, dan memang baru
diketahui kalau Faris sudah memiliki pacar dari SMP-nya dan itu menjadi berita
hangat di kalangan perempuan, terutama penggemarnya yang kini patah hati.Namun
sepertinya Clarisa masih menjadi penggemar setianya. “O ya, waktu hari pertama
MOS kamu bilang bukan merhatiin Faris, terus siapa?” tanya Clarisa tiba – tiba
diikuti tatapan penasaran Andin.
My POV
Sudah seminggu berlalu dari hari
pertama MOS, dan sudah seminggu pula aku tidak melihatnya. Laki – laki yang
berjalan dengan tegap serta pandangannya yang acuh tak acuh. Selama itu pula
aku tidak memberitahu teman-temanku tentangnya, Karena walau bagaimanapun,
tidak ada yang bertanya. Namun sekarang, Clarisa bertanya padaku.
0 komentar:
Posting Komentar