Kwangmin POV
“Tentu saja, kenapa aku harus merasa tidak
yakin”, entah kenapa aku merasa hatiku bertolak belakang dengan ucapanku. Aku
melihat Sungmi noona yang berjalan menunduk. Apa benar dia mendengar percakapan
kami? Kenapa aku merasa khawatir jika dia mendengar semuanya?
Kwangmin POV end
Sungmi POV
“Apa
kau ingat, kau pernah menabrak seorang yeoja?”, aku segera menghentikan langkahku.
“Memang apa hubungannya?”, itu suara Kwangmin!. “Kenapa kau berdiri disini?”,
tanya Yunha mengagetkanku. “Shhut”, aku memeberi isyarat untuk diam. Yunha yang
penasaran melirik ke kelas Kwangmin tepat di belokan aku berdiri. “Apa sekarang
kau menguping?”, tanya Yunha menyipitkan matanya. “Ah, sudahlah. Bisakah kau
diam saja dan menemaniku disini?”, pintaku. Yunha hanya menghela nafas.
“Bagaimana mungkin Sungmi noona menyukaiku?”, aku dan Yunha sama – sama
terkejut. Yunha menatapku, aku balik menatapnya bingung. “Ada apa dengan kalian
semua? Memangnya kenapa kalau dia menyukaiku? Lagipula aku tidak menyukainya”.
Deg! Apa aku tidak salah dengar? Bukankah tadi…suara Kwangmin?. Kulihat Yunha
menatapku iba. “Kau yakin?”, tanya seseorang. “Tentu saja, kenapa aku harus
merasa tidak yakin”. Aku masih tidak percaya pada apa yang kudengar. Kurasakan
tangan Yunha menggenggam tanganku erat, mungkin mencoba menguatkanku. “Ayo kita
pergi”, ujarku berusaha menahan tangis. “Sungmi ah, Gwaenchana?”, tanya Yunha
khawatir. Aku hanya mengangguk pelan dan menariknya berjalan melewati kelas
keempat yeoja yang sedang diam berbincang di depan kelas yang diantaranya
adalah Kwangmin. Setelah cukup jauh, pipiku terasa basah. Aku tidak kuat lagi.
Sungmi POV end
“Sungmi ah, ayo kita ke kantin”, ajak Yunha,
namun yang diajak tetap bergeming.
“Sungmi..”
“Aku bawa bekalku, bisakah kau ke kantin
sendirian saja?”, Sungmi mengeluarkan bekal makannya. Yunha memandang Sungmi
yang makan tanpa selera dan pergi ke kantin. Sudah 5 hari Sungmi berusaha
menghindari Kwangmin, salah satunya dengan cara tidak pergi ke kantin. Maka
dari itu, ia meminta eommanya menyiapkan bekal. Awalnya eommanya heran, tapi ia
tetap menyiapkan bekal itu tanpa menanyakan alasannya.
“Kenapa aku tidak pernah melihat noona itu
lagi ya semenjak percakapan kita waktu itu?”, ujar Minwoo. “Memangnya kenapa?
Kau mulai menyukainya?”, tanya Youngmin lalu menatap Kwangmin yang juga sedang
menatapnya. “Tentu saja tidak, aku itu bukan tanaman makan pagar”, ujar Minwoo
jujur. “Benar juga, kemana noona itu? apa dia mendengar percakapan kita dan
berusaha menjauhi Kwangmin?”,tebak Jeongmin. Kwangmin sekilas menatapnya, lalu
mengalihkan pandangan pada buku di depannya.
Kwangmin POV
Kenapa aku harus tidak tenang seperti ini? Apa
benar Sungmi noona menyukaiku?. Tapi rasanya aku pernah melihatnya di suatu
tempat selain sekolah, tapi dimana?. Dan kenapa akhir – akhir ini aku jarang
sekali melihatnya. Tiba – tiba saja aku merasa….rindu padanya.
Kwangmin POV end
Bel pulang sekolah berbunyi, semua murid
bergegas pulang kecuali Sungmi, ia masih duduk manis di bangkunya. Yunha
menghampirinya, “Apa kau tidak mau pulang?”. “Sebentar lagi”, ujar Sungmi tanpa
beranjak dari bangkunya. “Apa kau ingin pulang bersama?”,tanya Yunha. “Bukankah
kau pulang bersama Hyunsung?”, tanya Sungmi heran. “Sudahlah! Aku ingin pulang
bersamamu, apa ada masalah?”, gerutu Yunha. Sungmi tertawa kecil melihatnya.
Yunha ikut tersenyum, “Rasanya sudah lama sekali aku tidak melihat kau
tertawa”, ujar Yunha. Sungmi menatap sahabatnya sejenak lalu berdiri dari
kursinya. “Kita pulang sekarang?”, tanya Yunha. “Ani, aku mau ke toilet. Kau
tunggu sebentar disini”, Yunha menatap punggung Sungmi yang tak berapa lama
kemudian berganti dengan wajah ceria Hyunsung. “Chagi, ayo kita pulang”, ajak
Hyunsung. “Aku pulang bersama Sungmi hari ini”, ujar Yunha. “Waeyo?”, tanya
Hyunsung melihat wajah Yunha yang kusut. “Aku hanya ingin menemani Sungmi”,
ujar Yunha pelan. “Kau masih mencemaskannya?”, tanya Hyunsung mendekati Yunha.
“Tentu saja! Berkat sepupumu, sahabatku jadi seperti itu”, ujar Yunha sebal.
“Memangnya dimana letak kesalahan Kwangmin?”, tanya Hyunsung tak mengerti.
Kini
Yunha menatap Hyunsung lekat, “Sungmi sangat menyukai Kwangmin, dan Kwangmin
jelas – jelas mengatakan dia tidak menyukai Sungmi. Kau masih tidak menyadari
letak kesalahannya?”, tanya Yunha menahan emosi. “Bukannkah kau bilang kalian
mendengarnya tanpa sepengetahuan Kwangmin? Dia bahkan tidak tahu kalian
mendengar percakapan mereka”, bela Hyunsung.
“Hyunsung
benar, ini bukan kesalahan Kwangmin”, ujar Sungmi yang sudah berdiri di depan
pintu kelas.
“Sungmi…”
“Gwaenchana Yunha ah, kau tidak perlu
menghiburku lagi”, ujar Sungmi terus berjalan mendekati Yunha dan Hyunsung.
“Oh ya Hyunsung ah, bisakah kau membantuku?”,
pinta Sungmi.
Happy birthday Youngmin
Happy birthday Kwangmin
Happy birthday, happy birthday
Happy birthday Jo twins
Suara merdu Jeongmin, Hyunsung dan Minwoo
memenuhi studio latihan boyfriend. Mereka kini duduk melingkar mengelilingi
sebuah kue tart coklat bertuliskan ‘ happy birthday jo twins ‘. “Oh ya, aku
punya hadiah untukmu Kwangmin”, ujar Hyunsung lalu beranjak pergi dan kembali
lagi dengan kotak besar yang dibungkus kertas kado. Kwangmin
menerimanya.“Untukku tidak ada? Itu sungguh tidak adil”, ujar Youngmin merajuk.
“Kau kan hyungnya, sekali – sekali kau harus mengalah”, ujar Hyunsung. Yang
mendengarnya hanya tertawa. “Kau tunggu apa lagi, ayo bukalah”, desak Hyunsung.
Kwangmin segera membuka hadiah tersbut dan langsung tersenyum lebar saat
melihat hadiahnya. “Ini…”, Kwangmin tak bisa berkata apa – apa melihat gitar berwarna
biru tosca di genggamannya. “Penjaga toko itu bilang gitar ini sudah terjual.
Ternyata…”. “Sungmi ah yang membelinya”,potong Hyunsung. “Mwo?”, tanya Kwangmin
memastikan. Ketiga namja lain ikut memperhatikan Hyunsung penasaran. “Mian
Kwangmin, sebenarnya aku sudah lama tahu kalau Sungmi menyukaimu. Tapi aku
berjanji untuk tidak mengatakannya. Kemarin dia memintaku untuk memberimu ini”,
jelas Hyunsung. Kwangmin menatap gitar dihadapannya serba salah lalu membalik
gitarnya. Ia menemukan sebuah surat yang tertempel di punggung gitar itu, ia
pun mencabutnya dan membaca isi surat itu.
Annyeong
Kwangmin, saengilcukka hamnida, sampaikan juga untuk Youngmin.
Kau ingat, 1 tahun yang lalu kau pernah pergi
ke sebuah toko alat musik dan menjatuhkan name tag mu? Waktu itu akulah yang
menemukannya dan memberikannya ke kasir karena aku tidak memiliki keberanian
sepertimu, mencari pemilik name tag, kupikir itu bukan ide yang bagus bagiku,
jadi aku titipkan saja pada kasir. Saat mengetahui itu milikmu, entah kenapa
aku merasa sedikit lega dan senang. Oh ya, kuharap kau menyukai hadiah dariku,
waktu itu aku melihatmu terus memperhatikan gitar ini. Jadi kupikir kau
menyukai gitar ini. Maka dari itu, aku membelinya dan berniat memberikannya
apabila kita bertemu. Tapi baru kali ini aku bisa memberikannya dan lagi- lagi
tidak secara langsung olehku. Mianhae…
Mianhae, karena aku selalu memperhatikanku
diam – diam. Kau pasti merasa terganggu bukan dengan tingkahku itu? Aku tau kau
tidak menyukaiku. Tenang saja, aku akan
mencoba menghindar darimu dan tidak mengganggumu lagi. Gomawo karena kau selama
ini tidak pernah protes dengan perasaanku.
Annyeong,
Shin
Sung Mi
Kwangmin masih menatap surat itu. “Kwangmin
ah, Gwaenchana?
Apa isi suratnya?”, tanya Youngmin melihat reaksi Kwangmin. Kwangmin melirik
Youngmin lalu melirik Hyunsung, Jeongmin, Minwoo dan Donghyun bergantian.
“Maukah kalian membantuku?”
0 komentar:
Posting Komentar